Sri Mulyani Sebut Ekonomi AS Sudah Masuk Resesi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyoroti angka pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut. Menurutnya, secara teknis, AS sudah memasuki resesi.
"Pagi ini Anda membaca berita Amerika negative growth kuartal II, technically masuk resesi," kata Sri Mulyani dalam acara Dies Natalis ke-7 PKN STAN, Jumat (29/7/2022).
Baca Juga: Badai Ekonomi Terjadi, Sri Mulyani: Dunia sedang Tidak Baik-Baik Saja
1. Pelemahan ekonomi AS bisa berimbas ke Indonesia
Sri Mulyani mengatakan, pelemahan ekonomi di AS bisa berimbas pada Indonesia, terutama dari sisi ekspor. Sebab, AS dan sejumlah negara maju lainnya di Eropa, dan China adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia.
"Amerika, China, Eropa adalah negara-negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi kalau mereka melemah, permintaan terhadap ekspor turun, harga komoditas juga turun," ujar Sri Mulyani.
2. Arus modal 'kabur' dari negara-negara berkembang
Selain itu, ancaman inflasi tinggi yang direspons dengan kenaikan suku bunga, terutama di AS, bisa menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Editor’s picks
"Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia. Itu bisa mempengaruhi nilai tukar, suku bunga, dan bahkan inflasi di Indonesia," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Dua Kali Ekonominya Minus, Jannet Yellen Bantah AS Masuk Jurang Resesi
3. Menkeu AS bantah ekonomi Negeri Paman Sam masuk resesi
Sebelumnya, Menteri Keuangan AS, Jannet Yellen, bersikeras menyatakan perekonomian Negeri Paman Sam belum mengalami resesi. Padahal, perekonomian AS mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
“Bukan itu yang kita lihat sekarang,” kata Yellen dilansir CNBC, Jumat (29/7/2022).
Sebelumnya, Biro Analisis Ekonomi AS merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 (April-Juni), yang ternyata masih mengalami kontraksi atau minus 0,9 persen. Pada kuartal sebelumnya, yakni kuartal I-2022 (Januari-Maret), ekonomi AS juga mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen.
Menurut Yellen, sebuah negara mengalami resesi ketika ada penutupan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, penutupan bisnis, pelemahan ekonomi rumah tangga, dan perlambatan aktivitas sektor swasta.
Sementara itu, menurutnya di AS masih ada penciptaan lapangan kerja, keuangan rumah tangga masih kuat, dan bisnis masih tumbuh.
"Ketika Anda melihat ekonomi, penciptaan lapangan kerja terus berlanjut, keuangan rumah tangga tetap kuat, konsumen belanja dan bisnis tumbuh," ucap Yellen.
Baca Juga: Ada Badai Ekonomi Dunia, Airlangga Pede Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen