Sri Mulyani Ungkap Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi Global

Ketegangan di Ukraina dan Rusia ganggu pemulihan ekonomi

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemulihan ekonomi global masih menemui banyak tantangan. Selain kasus COVID-19 yang kembali merebak akibat penyebaran varian Omicron, ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga membayangi pemulihan ekonomi global.

Salah satu bentuk dari pemulihan ekonomi itu sendiri adalah kebangkitan sektor manufaktur, seperti di benua Amerika dan Eropa. Namun, kebangkitan atau ekspansi manufaktur di Eropa itu dibayangi oleh ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

"Amerika dan Eropa masih terus menunjukkan ekspansi dari sektor manufaktur, meski ada risiko eskalasi geopolitik dan masalah ketegangan militer yang ada di Ukraina akan mempengaruhi kondisi terutama di Eropa," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA Edisi Februari 2022, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: Sri Mulyani: Omicron Potensial Ganggu Pemulihan Ekonomi Dunia

1. Sektor manufaktur China alami kontraksi

Sri Mulyani Ungkap Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi GlobalSeorang pria membawa bendera China dari sebuah rumah di seberang Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Minggu (26/7/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Selain kedua wilayah tersebut, Sri Mulyani mengatakan sektor manufaktur di China kembali merosot akibat adanya pengetatan aktivitas masyarakat di tengah lonjakan kasus Omicron. Tercatat, Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur China mengalami kontraksi, menjadi 49,1 pada Januari 2022. Pada bulan sebelumnya yakni Desember 2021, PMI Manufaktur China masih di level 50,3.

"Di China PMI-nya alami kontraksi. Ini juga disebabkan munculnya COVID-19 varian Omicron yng sebabkan restriksi yang cukup ketat di China maupun gangguan supply chain," kata Sri Mulyani.

2. Pemulihan ekonomi dunia tidak merata

Sri Mulyani Ungkap Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi GlobalIlustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain kondisi-kondisi di atas, Sri Mulyani mencatat faktor kenaikan harga komoditas turut menghambat pemulihan ekonomi dunia. Secara keseluruhan, pemulihan ekonomi dunia juga tidak merata.

"Makanya banyak negara yang masih struggle, belum mencapai tingkat GDP real-nya seperti sebelum pandemik," ucap dia.

Baca Juga: Maskapai Lufthansa Tangguhkan Penerbangan ke Kiev, Ukraina

3. Terjadi inflasi tinggi di berbagai negara

Sri Mulyani Ungkap Dampak Konflik Rusia-Ukraina ke Ekonomi GlobalIlustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi yang tidak merata menyebabkan tekanan inflasi. Tercatat, beberapa negara, terutama negara-negara maju mengalami kenaikan inflasi. Misalnya Amerika Serikat (AS) pada Januari 2022 mencatatkan inflasi 7,5 persen. Lalu, di Eropa inflasi mencapai 5,1 persen. Di Jepang mencapai 0,5 persen.

"Jepang yang biasanya deflasi, sekarang alami inflasi di atas 0,5 persen. Di berbagai negara emerging, inflasi seperti di Brasil mencapai 10,4 persen yang menyebabkan kenaikan suku bunga, bahkan mencapai di atas 8 persen, atau 875 basis poin. Rusia di mana tingkat inflasinya 8,7 persen, maka suku bunga sudah naik di atas 500 basis poin, mencapai 9,5 persen. Meksiko inflasinya 7,1 persen, suku bunganya sudah di angka 6 persen atau naik 175 basis poin," kata dia.

Baca Juga: BPS: Pendapatan Penduduk RI Naik Jadi Rp62,2 Juta per Tahun di 2021

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya