Tak Cuma Poros Maritim, RI Juga Pencetak Pelaut Terbesar di Dunia!

RI cetak 1,2 juta lebih pelaut di awal 2021

Jakarta, IDN Times - Indonesia sebagai negara dengan lebih dari 17 ribu lebih pulau tak hanya menjadi poros maritim dunia. Ternyata, Indonesia juga merupakan negara penghasil pelaut terbesar di dunia.

Berdasarkan data Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan (Kemenhub), pada awal 2021, Indonesia telah mencetak 1,2 juta lebih pelaut dari perguruan tinggi pelayaran yang ada di Indonesia.

Dari jumlah tersebut, sekitar 28,5 persen atau sekitar 350 ribu pelaut bekerja pada perusahaan pelayaran asing yang mengisi berbagai posisi mulai dari rating sampai dengan Chief Engineer dan Captain.

Baca Juga: Menhub Budi Karya: Bandara Mentawai Baru Selesai Agustus 2022

1. Menhub mau kualitas SDM kepelautan ditingkatkan

Tak Cuma Poros Maritim, RI Juga Pencetak Pelaut Terbesar di Dunia!Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menjadi inspektur Upacara Perayaan Satu Abad Revitalisasi Pendidikan Kepelautan di Indonesia (dok. BKIP Kementerian Perhubungan)

Dalam Perayaan 1 Abad Revitalisasi Pendidikan Kepelautan di Indonesia, Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi meminta sumber daya manusia (SDM) kepelautan terus ditingkatkan.

“Kita memiliki visi menjadikan bangsa Indonesia sebagai poros maritim dunia. Oleh karena itu, pendidikan kepelautan dan pelayaran memegang peranan penting dalam menciptakan SDM yang unggul,” kata Budi dalam keterangan resminya, Rabu (24/11/2021).

2. Kemenhub bangun 10 perguruan tinggi pelayaran

Tak Cuma Poros Maritim, RI Juga Pencetak Pelaut Terbesar di Dunia!Upacara Perayaan Satu Abad Revitalisasi Pendidikan Kepelautan di Indonesia (dok. BKIP Kementerian Perhubungan)

Dalam mendukung peningkatan SDM kepelautan, telah dibangun 10 Perguruan Tinggi Vokasi Pelayaran dan dua Balai Diklat Pelayaran di bawah Kemenhub, 18 Sekolah Tinggi dan Akademi di luar Kemenhub atau swasta, serta 34 SMK Pelayaran Negeri dan Swasta.

Di sisi lain, Budi mengatakan Kemenhub terus menjalin kerja sama dengan sejumlah negara sahabat, khususnya untuk meningkatkan kualitas SDM kepelautan. Dalam acara tersebut, turut hadir Duta Besar Bahrain, Ahmed Abdulla Al Harmasi Al Hajeri; Dubes Palestina, Zuhair S.M. Alshun; Dubes Venezuela, Radames Jesus Gomez Azuaje; dan Wakil Dubes Iran, Mahdi Rounagh.

“Para Duta Besar juga sering memberikan kuliah umum atau sharing session kepada para taruna-taruni,” tutur Budi.

Acara tersebut juga dihadiri oleh Plt. Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Capt. Antoni Arif Priadi, dan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, Polana B Pramesti.

Baca Juga: Penerbangan di Bandara Lombok Meningkat 44 Persen Jelang WSBK

3. Pendidikan kepelautan di RI sudah dimulai sejak zaman kerajaan

Tak Cuma Poros Maritim, RI Juga Pencetak Pelaut Terbesar di Dunia!Upacara Perayaan Satu Abad Revitalisasi Pendidikan Kepelautan di Indonesia (dok. BKIP Kementerian Perhubungan)

Adapun perkembangan pendidikan kepelautan di Indonesia telah dimulai sejak zaman kerajaan, yang diawali pada masa kerajaan tertua di Nusantara, yaitu sejak Kerajaan Kutai pada tahun 400 Masehi. Kemudian hingga awal abad ke-16 di berbagai kerajaan lain.

Pada 1915, Belanda yang kala itu menjajah Indonesia mendirikan sekolah kepelautan di Makassar yang diberi nama Kweekschool voor Inlandsche Schepelingente Makassar (Sekolah Kejuruan untuk Awak Kapal Pribumi di Makassar). Sekolah itu berganti nama dua kali, hingga akhirnya pada 1950 bernama Sekolah Latihan Penyeberangan Laut Sulawesi (SLPS) dengan dua jurusan, Nautika dan Teknika.

Pada 1953, didirikan Pendidikan pelayaran dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) yang menyelenggarakan Program Diploma III, dengan 2 jurusan Nautika dan Teknika. Pada tanggal 27 februari 1957, AIP diresmikan oleh Presiden Soekarno, dan menjadi Akademi Pelayaran Pertama di Indonesia yang berlokasi di Jalan Gunung Sahari, Mangga Dua Ancol, Jakarta Utara.

Saat ini, pendidikan kepelautan telah berkembang dengan pesat. Pemenuhan terhadap standar pendidikan nasional maupun standar pendidikan pelayaran internasional senantiasa menjadi fokus dari lembaga-lembaga pendidikan pelayaran.

Indonesia kini terikat untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan dunia internasional di bidang pelayaran. Sebab, Indonesia sudah terdaftar sebagai anggota International Maritime Organization (IMO) sejak 18 Januari 1961, dan menjadi Anggota Dewan IMO kategori C, serta dengan meratifikasi 26 konvensi IMO, termasuk konvensi dalam bidang kepelautan.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya