The Fed Masih Belum Mau Turunkan Suku Bunga, Sinyal Hawkish Menyala!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) masih memberikan sinyal hawkish alias kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).
Chairman The Fed, Jerome Powell memberikan ancang-ancang kenaikan suku bunga acuan AS dalam pertemuan dengan Komite Senat AS untuk Urusan Perbankan, Perumahan, dan Perkotaan pada Selasa (7/3/2023) waktu setempat. Ancang-ancang itu juga kembali ia lontarkan dalam pertemuan dengan Komite Jasa Keuangan Parlemen pada Rabu, (8/3/2023) kemarin.
“Kami telah membahas banyak hal, dan efek penuh dari pengetatan kami sejauh ini belum terasa. Meski begitu, kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujar Powell dilansir CNBC, Kamis (9/3/2023).
Baca Juga: The Fed Bikin Cemas, Kurs Rupiah Melemah Pagi Ini
1. The Fed telah berkali-kali menaikkan suku bunga acuan
Data perekonomian AS menunjukkan, pada Januari 2023 inflasi utama yang mencakup komponen harga komoditas makanan dan energi meningkat 5,4 persen. Angka itu jauh melampaui target The Fed yakni 2 persen. Padahal, The Fed telah berkali-kali menaikkan suku bunga acuan demi menekan inflasi.
Adapun suku bunga acuan AS saat ini di level 4,5 - 4,75 persen. Selama 1 tahun terakhir, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 8 kali.
Dilansir New York Times, The Fed telah mengeluarkan jurus kenaikan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) sebanyak 3 kali tahun lalu. Kemudian, melambat menjadi 50 bps pada akhir 2022, dan melambat lagi menjadi 25 bps di awal 2023.
Dengan adanya sinyal hawkish di awal Maret ini, pasar memprediksi The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan hingga 50 bps.
Editor’s picks
Baca Juga: The Fed Diprediksi Tak Lagi Agresif, Dolar AS Loyo di Penutupan
2. Pasar saham AS bereaksi lebih atas pengumuman The Fed
Setiap saat Powell mengeluarkan ancang-ancang terkait kebijakan The Fed, pasar akan langsung memberikan reaksi. Kali ini, reaksi yang diberikan ialah jatuhnya pasar saham AS pada Selasa (7/3/2023).
Tercatat, indeks S&P 500 anjlok hingga 35,76 poin atau 0,88 persen. Namun, yield US Treasury melonjak ke 3,999 persen dari 3,983 persen sebelum pidato itu dilontarkan.
Baca Juga: Pasar Menanti Keputusan The Fed, Dolar AS Tekuk Rupiah Pagi Ini
3. Suku bunga acuan diprediksi melambung tinggi
Pada Desember 2022, suku bunga acuan AS diprediksi akan melonjak hingga 5,1 persen di tahun ini. Namun, dengan pernyataan Powell, pasar memprediksi suku bunga akan naik lebih tinggi di level 5,25.
"Data ekonomi terbaru datang lebih kuat dari yang diperkirakan, yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga akhir kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya," kata Powell.
Sejumlah investor bahkan memprediksi suku bunga acuan AS akan meningkat di atas 5,5 persen tahun ini. Ada juga pihak yang memprediksi di atas 6,25 persen.