Inflasi Pangan Capai 5,49 Persen, PR Buat Kabinet Baru

Jika inflasi meningkat, bahan pangan ikut mahal

Jakarta, IDN Times - Angka inflasi pangan Indonesia mencapai 5,49 persen per September 2019. Hal ini menjadi beban bagi kementerian terkait dalam susunan kabinet baru Presiden Joko "Jokowi" Widodo-Ma'ruf Amin ke depan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ingin pemerintah terus fokus untuk menekan inflasi pangan. 

Anggota DPR Komisi VI, Ecky Awal Mucharam bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah harus dapat menekan tingkat inflasi yang dipengaruhi inflasi pangan. Apalagi, nilai inflasi ini jauh di atas jenis inflasi lainnya.

"Satu jenis inflasi yang terus menggerus daya beli masyarakat adalah inflasi pangan atau yang lazim disebut volatile food inflation," ujar Ecky, sebagaimana diberitakan Antara, Senin (21/10).

1. Jika inflasi pangan tinggi, bahan makanan akan semakin mahal

Inflasi Pangan Capai 5,49 Persen, PR Buat Kabinet BaruIDN Times/Helmi Shemi

Ecky menambahkan bahwa inflasi pangan merupakan hal yang penting di masyarakat dan menyangkut hidup banyak orang. Jika nantinya inflasi pangan terus meningkat tinggi, ini dapat mempengaruhi bahan makanan yang akan semakin mahal karena tidak tersedia di pasar.

Baca Juga: Turut Tentukan Impor Beras, Data Pangan Perlu Diperbaiki

2. Lambatnya pertumbuhan ekonomi, menjadi akar masalah

Inflasi Pangan Capai 5,49 Persen, PR Buat Kabinet Barurawpixel @pixabay

Salah satu penyebab tingginya inflasi karena lambatnya pertumbuhan pendapatan negara. Selain berdampak terhadap pangan, lambatnya pertumbuhan ekonomi ini dapat berdampak pada beban APBN secara signifikan dan menjurus kepada berbagai variabel ekonomi lainnya.

3. Harga komoditas menjadi tantangan di awal menjabat

Inflasi Pangan Capai 5,49 Persen, PR Buat Kabinet BaruIDN Times/ Muhamad Iqbal

Melihat kondisi ekonomi yang di ambang keresahan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan bahwa harga komoditas yang tinggi merupakan tantangan tersendiri yang harus dihadapi menteri kabinet baru nanti selama awal menjabat.

4. Tidak ada data terkait pangan yang tepat

Inflasi Pangan Capai 5,49 Persen, PR Buat Kabinet Baruunsplash/WilliamIven

Permasalahan terkait pangan ada pada pertanian. Menurutnya, selama ini Kemenko Perekonomian kesulitan karena tidak ada data yang valid mengenai produksi pangan atau data terkait luas lahan tanam.

"Permasalahannya soal data, kita jarang sepakat. Kalau data tidak disepakati, kesimpulannya lain-lain. Yang satu bilang (stok) kurang, di tempat lain, panennya banyak," katanya.

Baca Juga: Data Pangan Berpolemik, Ini 3 Rekomendasi untuk Presiden Terpilih

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya