Dana Haji Akan Diinvestasikan di GeNose, Alat Deteksi COVID Buatan UGM

BPKH masih menjajaki proses investasi dengan UGM

Jakarta, IDN Times - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tengah menjajaki proses investasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengembangkan GeNose, alat deteksi COVID-19 melalui embusan napas buatan peneliti UGM.
 
“Prospek invetasi kesehatan adalah mengharapkan semua orang sehat. Dalam kondisi saat ini (pademik), kesehatan akan kami support. Beberapa hal yang ingin kami kerja samakan masih dalam hal penjajakan, seperti GeNose, yang digunakan untuk mendeteksi COVID melalui mekanisme hidung,” kata Anggota Badan Pelaksana BPKH, A. Iskandar Zulkarnain, pada konferensi pers yang berlangsung secara daring, Rabu (13/1/2021).

1. Mengedepankan prinsip kesehatan umat

Dana Haji Akan Diinvestasikan di GeNose, Alat Deteksi COVID Buatan UGMIlustrasi rumah sakit (IDN Times/Arief Rahmat)

BPKH sebagai badan nirlaba harus mengedepankan investasi sesuai prinsip-prinsip syariah. Oleh sebab itu, ketertarikan BPKH untuk mengembangkan GeNose tidak didasari atas potensi nilainya di masa depan, melainkan kesehatan umat Islam Indonesia.
 
“Investasi sesuai kaidah-kaidah (syariah) tetap kami laksanakan. Namun, kami sangat concern dengan kesehatan, karena itu masuk dalam maqasid syariah (maksud atau tujuan Allah dalam mengodifikasikan suatu hukum) kita terkait kesehatan umat,” sambung dia.
 
Selain GeNose, Zulkarnain turut menyampaikan bila BPKH berencana untuk berinvestasi di sejumlah rumah sakit.

Baca Juga: Pesan 100 Unit, Ganjar Cuma Dapat 35 GeNose COVID-19, Harga Rp62 Juta

2. Nilai manfaat investasi BPKH pada 2020 mencapai Rp7,46 triliun

Dana Haji Akan Diinvestasikan di GeNose, Alat Deteksi COVID Buatan UGMLaporan keuangan BPKH secara online (Dok. BPKH)

Sebagai informasi, pada 2019 saldo dana haji mencapai Rp124,32 triliun kemudian pada 2020 saldonya mencapai Rp143,1 triliun. Pencapaian BPKH pada 2020 melebihi target yang dicanangkan sekitar Rp139,5 triliun.
 
Adapun instrumen pengelolaan dana haji pada 2020 terbagi dua, yaitu instrumen investasi sebesar Rp99,53 triliun atau 69,6 persen dan sisanya ditempatkan di bank Syariah sebesar Rp43,53 triliun atau 30,4 persen. Nilai manfaat yang diberikan dari pengeloaan tersebut mencapai Rp7,46 triliun atau bertambah 2,33 persen dibanding tahun 2019 sebesar Rp7,29 triliun.

3. Berikut target investasi BPKH pada 2021

Dana Haji Akan Diinvestasikan di GeNose, Alat Deteksi COVID Buatan UGMilustrasi investasi. IDN Times/Arief Rahmat

BPKH menargetkan dana kelola pada 2021 mencapai Rp147 triliun dengan nilai manfaat Rp7,8 triliun. Untuk mengoptimalkan rencana tersebut, dalam waktu dekat BPKH akan meluncurkan Sistem Integrasi Keuangan Haji bersama Kementerian Agama dalam program Transformasi Digital. 
 
Optimisme investasi pada 2021 tidak lepas dari minat haji umat Islam Indonesia yang sangat tinggi meski pandemik COVID-19 menewaskan lebih dari 1,9 juta orang di berbagai negara.
 
Pada 2020, ada sekitar 35.103 jemaah yang membatalkan program haji reguler, sehingga BPKH harus mengembalikan dana hingga Rp882,03 miliar. Adapun jemaah yang membatalkan program haji khusus mencapai 2.610 orang, sehingga dana yang dikembalikan mencapai 11,03 juta dolar atau sekitar Rp155 miliar. 
 
Menurut Anggota BPKH Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Acep Riana Jayaprawira, angka pembatalan tersebut tidak terlalu signifikan. Beberapa tahun silam, jumlah pembatalannya, meski tidak ada krisis global, mencapai sekitar 40 ribu jemaah. 

Baca Juga: Wow, Tes COVID-19 dengan GeNose Buatan UGM Cuma Rp15 Ribuan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya