Pemerintah Ingatkan Elite G20 agar Tidak Pakai Bahasa yang Jelimet

Masyarakat harus bisa merasakan manfaat langsung dari G20

Jakarta, IDN Times – Pemerintah berharap masyarakat Indonesia bisa merasakan langsung manfaat dari Presidensi G20 sepanjang 2022. Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang keduanya menyoroti stigma G20 sebagai isunya para elite atau pengambil kebijakan.

“Mereka (masyarakat) gak tahu apa itu exit policy, tahunya exit tol. Scarring effect juga gak ada yang tahu. Kata-kata Finance dan Sherpa Track itu masyarakat gak tahu. Pokoknya yang penting seluruh menteri sibuk mengurusi G20,” kata Sri pada Rabu (15/12/2021), dalam Working Lunch: Outlook Ekonomi Indonesia 2022 yang disiarkan melalui YouTube Ministry of Finance Republic of Indonesia.

Baca Juga: Presidensi G20 Dorong Modal dan Tata Kelola IMF Diperkuat

1. Istilah-istilah ekonomi dalam G20 harus diterjemahkan dalam bahasa rakyat

Pemerintah Ingatkan Elite G20 agar Tidak Pakai Bahasa yang JelimetMenteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (youtube.com/sekretariatpresiden)

Sri Mulyani tidak tidak menyalahkan para elite yang ‘mencari penggung’ dengan memanfaatkan istilah-istilah ekonomi yang asing di telinga masyarakat. Namun, dia mendesak para elite tersebut supaya merumuskan kebijakan yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

Exit policy, scarring effect, itu hanya kegenitan para deputi saja. Teman-teman yang organize G20 jangan terlalu terpaku pada kalimat-kalimat eksklusif yang ada di G20, harusnya bisa terjemahkan ke bahasa masyarakat, sehingga mereka bisa melihat manfaat nyata dari G20 ini,” tutur dia.

Baca Juga: G20 Bahas Aturan Cryptocurrency, Apa Hasilnya?

2. Ada 150 pertemuan G20 sepanjang 2022

Pemerintah Ingatkan Elite G20 agar Tidak Pakai Bahasa yang JelimetMenko Perekonomian Airlangga Hartarto (5/8/2020) (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pada saat yang sama, Airlangga juga berharap masyarakat bisa merasakan manfaat dari 150 pertemuan sepanjang masa Presidensi G20 Indonesia.

“Mungkin setiap bulan ada 18 (pertemuan G20). Dari segi pembahasan, sebagaimana keterangan ibu (Sri Mulyani), (pertemuan) G20 ini adalah konsumsi para elite, para pengambil kebijakan,” tutur Airlangga.

“Kami harap stakeholder membuat berbagai kegiatan yang menajdi perhatian masyarakat,” tambah politikus Golkar itu.

3. Peran UMKM harus dilibatkan dalam forum G20

Pemerintah Ingatkan Elite G20 agar Tidak Pakai Bahasa yang JelimetIlustrasi G20 (kemenkeu.go.id)

Airlangga sempat berkelakar, masyarakat tidak mengetahui apa itu Sherpa Track, kecuali suku Sherpa yang menjadi porter gunung Himalaya.

“Dalam pertemuan Sherpa maupun Finance Track, publik tahunya Sherpa itu tukang bolak-balik mengangkat beban di gunung Himalaya,” kata Airlangga.

Salah satu usul dia adalah G20 harus menjadi momen untuk meningkatkan peran serta UMKM pada tingkat global.

“Masyarakat tentu menginginkan apa yang bisa diterima dalam penyelenggaraan G20, apakah keterlibatan UMKM atau kontribusi terhadap PDB,” ungkap Airlangga.

Baca Juga: Sri Mulyani Curhat Pusingnya Jadi Orang Indonesia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya