Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor Teknologi

Ia adalah bos PT DCI Indonesia

Bernama lengkap Otto Toto Sugiri, ia merupakan seorang pengusaha di industri teknologi informasi di Indonesia. Karier yang dibangun sejak berpuluh tahun silam mengantarkannya menjadi salah satu miliarder di Indonesia.

Ia berperan penting dalam perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Bahkan, ia sering dijuluki sebagai 'Bill Gates'-nya Indonesia.

Sebenarnya siapakah dia? Seperti apa kisah dan perjalanan hidupnya? IDN Times akan merangkum secara lengkap fakta-fakta tentang Toto Sugiri, mulai dari profil, perjalanan karier, kekayaan, hingga perusahaan yang dibangunnya. Simak selengkapnya di artikel ini, ya.

Baca Juga: Intip Kekayaan PM Inggris Rishi Sunak, Si Menantu Crazy Rich India  

1. Profil Otto Toto Sugiri

Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor TeknologiToto Sugiri, pendiri sekaligus CEO PT DCI Indonesia (forbes.com)

Otto Toto Sugiri merupakan pria kelahiran Bandung, 23 September 1953. Toto Sugiri adalah seorang pengusaha di bidang teknologi informasi yang membesarkan perusahaan bernama PT DCI Indonesia.

Toto Sugiri remaja memiliki minat besar terhadap dunia pemrograman yang pada saat itu belum dilirik oleh banyak orang seperti saat ini. Bisa dikatakan, ia adalah salah satu pengusaha teknologi paling awal di Indonesia. Ia menjadi salah satu tokoh yang memiliki peranan penting dalam perkembangan industri teknologi informasi dan ekonomi digital di Indonesia.

Ia melewati perjalanan panjang dan penuh terjal sebelum akhirnya berada di titik sekarang sebagai salah satu miliarder di Indonesia. Awal kariernya dimulai ketika ia menyelesaikan studi S1 di Jerman dan mendapat gelar sarjana teknik elektro. Simak kisah hidupnya di bawah ini, ya.

Baca Juga: Profil 9 Crazy Rich Indonesia yang Baru Tahun Ini Masuk Daftar Forbes

2. Kisah dan perjalanan hidup Toto Sugiri

Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor TeknologiToto Sugiri, pendiri sekaligus CEO PT DCI Indonesia (forbes.com)

Lulus kuliah di Jerman

Toto Sugiri lulus dari RWTH Aachen University di Jerman dengan menyandang gelar sarjana teknik elektro pada tahun 1980. Setelah menyelesaikan studinya, Toto Sugiri memilih pulang ke Indonesia.

Keputusan itu bukan tanpa sebab. Toto Sugiri harus merawat ibunya yang saat itu sedang sakit keras. Sebenarnya, ketika itu ia masih kebingungan dalam mencari pekerjaan. Sebab tahun 1981, belum ada perusahaan di Indonesia yang membutuhkan posisi programmer.

Lalu akhirnya, ia diajak oleh orang Indonesia yang merupakan kakak tingkatnya saat berkuliah di Jerman untuk mengerjakan sebuah proyek pemrograman. Saat itu, ia membuat pemrograman lokal untuk perusahaan minyak dan program untuk mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.

Dibujuk untuk bekerja di Bank Bali dan diiming-imingi komputer

Setelah proyek tersebut selesai, Toto Sugiri masih belum yakin untuk berkarier sebagai pengusaha. Pada tahun 1983, ia memutuskan untuk bekerja di perusahaan milik pamannya, yakni Bank Bali. Tugas dan tanggung jawabnya saat itu adalah membuat sebuah software akuntansi yang bertujuan untuk memudahkan karyawan Bank Bali agar bekerja lebih efisien.

Proyek pertama di Indonesia

Setelah enam tahun di Bank Bali, Toto Sugiri berinisiatif untuk membangun sebuah perusahaan perangkat lunak miliknya sendiri yang ia namakan Sigma Cipta Caraka. Perusahaan tersebut berdiri pada tahun 1989 dengan modal USD200 ribu atau setara Rp352 juta (kurs rupiah saat itu sekitar Rp1.763).

Perusahaan tersebut tidak ia dirikan seorang diri. Toto Sugiri mendirikan Sigma Cipta Caraka bersama enam mantan karyawan Bank Bali, termasuk Marina Budiman yang saat ini menjadi Presiden Komisaris PT DCI Indonesia.

Saat Sigma didirikan, pemerintah Indonesia baru melakukan deregulasi terhadap industri perbankan. Hal itu menyebabkan Sigma menjadi salah satu perusahaan yang membawa angin segar bagi industri tersebut.

Pada 1988, jumlah bank di Indonesia hanya 111 perusahaan. Enam tahun berikutnya, jumlahnya meningkat bahkan lebih dari dua kali lipat, yaitu 240 perusahaan bank. Hal itu sekaligus membuat posisi di bidang IT sangat dibutuhkan.

Mendirikan dua perusahaan lagi

Setelah berhasil memperoleh untung banyak dari pendirian Sigma Cipta Caraka, Toto Sugiri membangun lagi sebuah perusahaan penyedia layanan internet bernama Indointernet pada tahun 1994.

PT Indointernet Tbk menjadi perusahaan penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Lalu pada tahun 2012, Toto Sugiri menjadi presiden komisioner perusahaan tersebut.

Sebagai pengusaha yang kadung jatuh cinta dengan dunia pemrograman, Toto Sugiri kembali mendirikan perusahaan bernama Balicamp, yaitu anak perusahaan Sigma yang membantu konsumen untuk memeriksa ejaan bahasa Indonesia. Sayangnya, perusahaan itu terpaksa tutup setelah tragedi Bom Bali I tahun 2002.

Hampir pensiun dini

Siapa yang menyangka Toto Sugiri sempat terpikir untuk pensiun lebih awal? Pikiran tersebut ia rasakan beberapa tahun pasca tragedi Bom Bali I dan II yang hampir memakan habis usahanya.

Pada tahun 2008, ia terpaksa menjual 80% saham Sigma kepada Telkom Indonesia dengan harga USD35 juta. PT Telkom Indonesia pun mengakuisisi Sigma Cipta Caraka dan mengubah namanya menjadi Telkom Sigma.

Tidak lama setelah itu, ia menjual 20% sisanya seharga USD9 juta. Toto Sugiri pun mulai berpikir untuk mengakhiri kariernya sebagai pengusaha.

Mendirikan DCI Indonesia

Namun, memang insting seorang pengusaha tidak bisa disepelekan. Toto Sugiri melihat sebuah peluang usaha, tepatnya saat pemerintah berniat menggunakan data Indonesia untuk mencegah penggunaan pusat lepas pantai.

Pada 2011, Toto Sugiri bersama beberapa rekannya mendirikan Data Center Indonesia (DCI), yaitu perusahaan data pertama dan terbesar di Indonesia. 

3. Membesarkan PT DCI Indonesia

Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor TeknologiPT DCI Indonesia, perusahaan data center terbesar di Asia Tenggara (kalibrr.com)

PT DCI Indonesia sukses menjadi salah satu perusahaan pusat penyimpanan data server dan layanan pusat data terbesar di Asia Tenggara. PT DCI Indonesia berada di urutan keempat sebagai perusahaan pusat penyimpanan data se-Asia Tenggara. Perusahaan ini menyediakan layanan bagi para klien yang tersebar di berbagai negara, tidak hanya Indonesia.

Pada awal pendiriannya, DCI Indonesia dengan modal sertifikasi Tier IV, yaitu klasifikasi tertinggi untuk industri pusat data global, sukses bekerja sama dengan beberapa perusahaan raksasa dunia, seperti Alibaba, Microsoft, Google Cloud, dan Amazon Web Services.

Selain itu, DCI Indonesia memiliki klien lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi dan 120 perusahaan layanan keuangan. Klien tersebut tersebar di Indonesia, Asia Tenggara, hingga Amerika Serikat. DCI Indonesia pun sudah menghabiskan lebih dari USD210 juta untuk membangun empat pusat data di Cibitung dengan luas 8,5 hektare.

Saham DCI Indonesia melesat

Pada tahun 2021, saham DCI Indonesia masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten DCII. Saham DCII melesat hingga 13.947% dan mencapai level tertingginya, yaitu 59.000/saham. Bahkan, saham DCII sempat disetop perdagangannya sebanyak lima kali karena pergerakan harga yang ekstrem.

Toto Sugiri sebagai CEO PT DCI Indonesia kini sukses memegang 712, 78 juta saham DCII atau setara 29,9% dari keseluruhan.

Selain itu, sepanjang tahun 2021, DCI Indonesia mencatatkan laba bersih sekitar Rp261,45 miliar. Angka tersebut meningkat sebanyak 42,76% dari tahun 2020 yang hanya sekitar Rp183,14 miliar.

Baca Juga: 10 Presiden Terkaya di Dunia, Kekayaannya Capai Rp1 Kuadriliun

4. Orang terkaya ke-19 di Indonesia versi Forbes tahun 2021

Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor TeknologiProfil Toto Sugiri, pendiri dan CEO PT DCI Indonesia (forbes.com)

Kesuksesan Toto Sugiri dengan PT DCI Indonesia lantas mengantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun 2021. Ia menempati urutan ke-19 dengan jumlah kekayaan bersih mencapai USD2,5 miliar atau setara dengan Rp37,2 triliun (kurs Rp14.861).

Oleh sebab itu, tidak heran kalau pendiri sekaligus bos PT DCI Indonesia ini sering dijuluki Bill Gates asal Indonesia dan menjadi salah satu crazy rich di Indonesia.

Dua rekannya di PT DCI Indonesia juga masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia. Mereka adalah Marine Budiman dan Han Arming Hanafia.

Marine Budiman adalah pendiri dan Presiden Komisaris DCII. Ia menempati urutan ke-30 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD1,5 miliar. Sedangkan Han Arming Hanafia menempati peringkat 37 dengan kekayaan USD1,19 miliar.

5. Mewakili Indonesia di ajang pengusaha dunia

Profil Toto Sugiri, Crazy Rich Indonesia di Sektor TeknologiPT DCI Indonesia milik Toto Sugiri sebagai CEO (dci-indonesia.com)

Pada tahun 2022, Toto Sugiri mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang penghargaan EY World Entrepreneur of the Year yang akan diselenggarakan di Monte Carlo, Monako pada Juni 2023 mendatang. Sebelumnya, ia terpilih sebagai EY Entrepreneur of the Year (EOY) 2022 di Jakarta.

Toto Sugiri berhasil mengalahkan tujuh finalis lain dari beberapa perusahaan di Indonesia. Ia akan bersaing lagi dengan pemenang EOY dari 60 negara untuk meraih penghargaan kewirausahaan global.

Untuk diketahui, EY EOY adalah penghargaan yang diberikan kepada wirausahawan yang berkontribusi dalam memajukan bisnisnya dan berdampak pada perekonomian negara dan masyarakat.

Demikianlah profil dan perjalanan hidup seorang Otto Toto Sugiri, miliarder Indonesia yang menjadi pendiri sekaligus CEO PT DCI Indonesia. Kisah hidupnya sebagai pengusaha dapat menjadi pelajaran bagi banyak orang untuk terus menciptakan peluang dan berkontribusi bagi banyak orang.

Baca Juga: 10 Artis Terkaya di Dunia, Kekayaannya Tembus Rp47 Triliun!

Topik:

  • Yogama Wisnu Oktyandito
  • Anata Siregar
  • Yunisda Dwi Saputri

Berita Terkini Lainnya