CEO RISE: ASEAN Akan Menjadi Pusat Inovasi Dunia

Dr. Kid Parchariyanon membeberkan alasannya

Dalam waktu dekat, tepatnya 28-29 Maret 2019, RISE, sebuah akselerator asal Thailand, akan menyelenggarakan konferensi inovatif bernama: Corporation Innovation Summit atau CIS 2019 di Central World, Bangkok.

Konferensi tingkat Asia Tenggara ini tidak hanya berfokus pada bidang startup dan teknologi, namun juga membahas tentang cara korporasi besar merangkul inovasi.

CIS 2019 akan menghadirkan ratusan pembicara yang kompeten di bidangnya serta akan ada 40 lokakarya dan klinik inovasi yang diharapkan dapat membantu para inovator perusahaan di Asia tenggara. 

Pembicara yang akan hadir di antaranya: Dan Roam, seorang inovator global dan penulis buku laris "The Back of the Napkin" dan "Draw to Win", Tom Kelley dari IDEO, dan William Utomo dari IDN Media.

Untuk mendalami lebih jauh soal konsep yang ditawarkan CIS 2019 sekaligus menyelami visi dan misi yang dituju penyelenggaranya, IDN Times sudah berbicara secara eksklusif dengan Dr. Kid Parchariyanon selaku CEO dan Founder RISE.

Baca Juga: 5 Night Market yang Bisa Kamu Kunjungi Saat Wisata di Bangkok

Halo, Dr. Kid! Bisa tolong jelaskan latar belakang dirimu?

Pada dasarnya aku adalah entrepreneur. Aku mendirikan usaha pertamaku pada usia 19 tahun. Dan aku juga membangun semacam perusaahaan fintech pertama di Thailand. Platform tersebut juga menjadi pertama yang memungkinkan warga membeli dan menjual saham via aplikasi di Thailand. Itu semua terjadi 16 tahun yang lalu.

Setelah itu aku juga sempat terjun ke marketing, aku suka bisnis, terutama yang berkaitan dengan media. Jadi aku mendirikan agensi periklanan digital yang memperoleh investasi besar-besar di 2013, lalu kami melakukan ekspansi ke Singapura dan Vietnam. Agensi itu bernama MCFIVA, jadi kami merupakan perusahaan pertama yang berpartner dengan Twitter di Thailand. Saat ini aku kebetulan juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Pengiklan Digital Thailand.

Lalu, kapan kamu mulai terjun ke dunia akselerator startup?

Jadi, tiga tahun yang lalu, aku ingin melalukan sesuatu untuk yang lebih berdampak bagi negara, khususnya untuk region Asia Tenggara. Lalu aku mendirikan perusahaan baru bernama RISE, aku salah satu pendiri dan menjabat sebagai CEO-nya sekarang. 

Dengan berdirinya RISE, apa yang sebenarnya ingin kamu capai?

Misi perusahaan kami adalah meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1 persen di seluruh negara di Asia Tenggara. Hal yang kami lakukan pada dasarnya ialah membantu korporasi dan pemerintah di ASEAN untuk berinovasi lebih cepat.

Jika kita bicara soal startup banyak perusahaan rintisan yang memperoleh pendanaan dari investor 'kan? This is great! Ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia, Thailand, Singapura, Vietnam.

Akan tetapi, apakah startup mampu menciptakan satu juta pekerjaan baru dalam sekejap untuk region ini? Tidak, korporasi besar dan pemerintah yang mampu, dan mereka harus didisrupsi. 

Aku melihat banyak banget dinasti keluarga, seperti di Indonesia ada Lippo Grup atau Salim Grup, kebanyakan perusahaan besar di Asia Tenggara berakar pada usaha keluarga. Jika kamu ingin membantu negara dan membantu region, we need to disrupt these people–the large company. Di situ peran yang akan diambil RISE.

Mendisrupsi pola pikir negara dan perusahaan besar agar berinovasi layaknya startup pasti tidak mudah, bagaimana kamu akan melakukannya?

Jadi kami punya empat pilar yang akan membantu mereka berinovasi. Pilar pertama adalah Accelerator, yang kami lakukan adalah membantu korporasi dan pemerintah membawa inovasi dari luar perusahaan. Kita bicara soal akselerator, bicara soal inkubator, 'kan? Kami sangat beruntung karena saat ini kami adalah akselerator terbesar di Asia Tenggara. Kami punya lebih dari seribu alumni yang lulus dari program ini yang tersebar di lebih dari 20 negara.

Pilar kedua, kami menyebutnya Corporate Innovation Academy. Pada dasarnya, yang kami lakukan di sini ialah mencoba membangun startup internal untuk perusahaan. Jadi kami membantu korporasi membuat inovasi internal. Selama 3 tahun ke belakang, kami sudah melatih lebih dari dua ribu CEO...

Wow, banyak banget...

Ya, ya... Banyak sekali yang harus dicapai. Aku gak tahu seperti apa di Indonesia tapi di Thailand, sekalipun kamu lulus dari universitas paling prestisius, kadang-kadang ilmu kamu tidak sesuai dengan kebutuhan korporasi. Sehingga, jika kamu ingin membantu negara, lakukanlah dengan cara yang benar, yakni membiarkan mereka praktik sendiri. Kami harus mendidik mereka dengan cara Experiential Learning. 

Hasilnya, dalam 2 tahun ini, kami sudah spin-off 3 perusahaan dan terdaftar di pasar saham. Inilah hasil yang memberi pengaruh.

Pilar ketiga adalah kegiatan Venture kami. Pendanaanya mencapai US$50 juta. RISE Venture menciptakan venture baru. Kami membantu korporasi dan startup meluncurkan venture-venture baru di seluruh Asia Tenggara.

Yang terakhir adalah Experience, yang salah satu wujudnya adalah CIS 2019. Kami percaya konferensi akan membantu lebih banyak orang pada waktu yang bersamaan. Itulah ide di belakang CIS 2019 yang akan berlangsung pada akhir bulan ini di Bangkok. 

4 pilar tadi sangat menarik. Siapa target RISE dan konferensi ini, apakah perusahaan atau orang di dalam perusahaan?

Target kami adalah korporasi-nya. Bisnis model kami harus memiliki dampak ke perusahaan, dampak RISE harus dirasakan semua orang yang bekerja di perusahaan tersebut. Jadi target kami adalah perusahaan atau korporasi.

Sekarang, jika kamu melihat datanya, 10 perusahaan terbesar di Thailand, sekitar separuhnya sudah bekerja sama dengan kami. Separuhnya lagi kami harap bisa bergabung tahun ini. Dan saat ini kami sudah beroperasi di 5 negara, yakni Thailand, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Kami ingin ASEAN menjadi hub untuk inovasi.

Apakah menurutmu Asia Tenggara mampu menjadi pusat inovasi korporasi? 

Ya, jika kamu melihat secara gambaran besarnya, sekarang Asia Tenggara memiliki pertumbuhan ekonomi internet (digital –red) paling cepat di dunia. Kita mengalahkan Tiongkok, kita melewati Amerika Serikat. Kita punya 600 juta jiwa, itu dua kali populasi AS. 

Itulah kenapa, bagiku, Asia Tenggara akan jadi lebih besar dari Tiongkok dalam beberapa tahun ke depan.

CEO RISE: ASEAN Akan Menjadi Pusat Inovasi DuniaKid Parchariyanon Dok. RISE

Negara ASEAN mana yang paling siap?

Aku rasa semua negara sama siapnya. Masing-masing negara punya bisnis 'tradisional' yang kuat. Namun pada saat yang sama, tradisionalis harus berani berinovasi. Harus lebih cepat.

Aku rasa ASEAN sudah menuju ke arah sana. Dalam 5 tahun aku rasa kita akan melihat lebih banyak cerita sukses dari region ini. No better time than this.

Kembali ke soal CIS, apa yang membuat event ini berbeda dengan konferensi-konferensi lainnya?

Memang sudah banyak sekali konferensi diselenggarakan, termasuk di Indonesia atau Singapura, 'kan? Mereka punya pembicara yang bagus dan program-program yang mumpuni. Tapi, pada akhirnya, setelah kamu kembali dari konferensi, apa yang terjadi? Nothing... Gak ada apa-apa, karena sering kali kita sudah kembali pada kesibukan dan inspirasi yang diperoleh dari konferensi jadi terlupakan.

Jadi, aku dapat ide untuk membuat Asia's first experiential conference. Kami tak ingin peserta hanya datang, mendengar, lalu pulang. CIS 2019 akan menjadi pertemuan yang menyajikan pengalaman langsung (hands-on experience). Nanti kami akan mendirikan 9 panggung, namun kami akan menyulap 6 di antaranya menjadi ruang lokakarya.

Lokakarya ini sendiri akan dibawakan langsung oleh para narasumber kelas dunia. Mereka tidak hanya memberi speech tapi juga memimpin workshop. Sehingga peserta Summit akan mendapat ilmu yang nyata saat mereka datang. Mereka akan memperoleh pola pikir baru, keahlian baru, dan tool baru yang bisa gunakan.

Berapa lama durasi workshop-nya?

Kurang lebih 3 jam. Keynote speech akan berlangsung singkat sekitar 20-30 menit tapi workshop-nya 3 jam. Semua peserta akan terlibat langsung dengan intensif.

Summit-nya sendiri akan hanya berlangsung 2 hari, tapi kami juga punya side event yang berlangsung selama seminggu, seperti diskusi pagi bersama GE, ngobrol dengan kami dari RISE atau ketemu dengan perwakilan Stanford.

Topik spesial apa saja yang akan dibahas?

Ada banyak sekali. Salah satu workshop yang menurutku akan menarik ialah ini, Metrik Inovasi. Bagaimana caranya mengukur inovasi di dalam perusahaan? Jika kamu bekerja, di startup maupun korporasi, bos kamu pasti akan bertanya kapan kita akan memperoleh laba, dan itu bisa diukur. Tapi dalam inovasi, kamu tidak bisa "mengukur keberhasilan" dengan mudah. Topik ini yang akan di bahas di salah satu workshop CIS 2019.

Apakah ada speaker yang mewakili Indonesia di CIS 2019?

Ya, ada. Seperti diketahui William Utomo COO IDN Media akan hadir. Kemudian ada Retno Dewati, SEA Regional Manager Fonex Venture Capital, dan VP of Engineering Tokopedia Herman Widjaja. 

Aku rasa konferensi ini akan purwarupa bagaimana peserta bisa terlibat langsung dan turun tangan, sekaligus membawa kembali pola pikir dan keahlian baru ke lingkungan korporasi besar.

CIS 2019 akan diisi oleh ratusan pembicara. Dari ratusan orang tersebut kesamaan kualitas apa yang mereka miliki?

Jika kamu melihat daftar pembicara kami, sebagian besar dari mereka adalah praktisi–orang yang melakukannya sendiri. Mereka tidak berlatar belakang teori, tidak sekadar punya pengalaman tapi mereka yang melakukan kerja nyata.

Satu hal yang ingin aku highlight, di CIS 2019 kami punya sesi spesial bernama The Clinic. Di sesi ini peserta bisa berbincang satu lawan satu dengan pembicara. Seperti kencan kilat, jadi kamu punya 15 menit untuk bertanya dan belajar dari pembicara-pembicara keren ini.

Kita bicara inovasi terus dari tadi, aku ingin tahu inovasi apa saja yang sudah kamu terapkan di RISE atau CIS 2019 nanti?

Wah, pertanyaan yang bagus. Sebenarnya, kami menerapkan semua yang kami ajarkan ke korporasi dalam operasional RISE tiap hari. Contohnya konferensi ini bisa tercipta karena kami menggunakan 'design thinking'.

Kami menanyakan pertanyaan ini ke klien yang sering datang ke konferensi: "Jika kami mendesain ulang konferensi, hal baru apa yang kamu inginkan?" Mereka semua menjawab ingin sesuatu yang nyata, mereka ingin gagasan yang bisa dipraktikkan. 

Saat mendengar jawaban ini dari rekan dan klien, kami langsung berpikir bahwa kita harus mendesain ulang cara konferensi. Semua berasal dari pertanyaan di atas.

Jika kamu bisa mengajukan satu nama yang bisa jadi panutan dalam inovasi, siapa orangnya?

Tom Kelly, dia adalah co-founder IDEO. Dia juga menulis buku Creative Confidence. Menurutku dia layak jadi panutan anak millennial karena generasi ini ingin melakukan hal besar. Mereka ingin mengubah dunia. Tapi, gimana caranya? Tom kelly akan mengajarkannya melalui Creative Confidence.

CEO RISE: ASEAN Akan Menjadi Pusat Inovasi DuniaDok. RISE

Apa tujuan utama yang ingin dicapai dari CIS 2019, jangka pendek dan jangka panjang?

Target jangka pendek kami pastinya kami ingin melihat perubahan besar dalam organisasi perusahaan, baik swasta maupun sektor publik. Kami ingin mindset dan skillset inovatif kembali masuk ke dalam korporasi besar melalui konferensi ini. Kami tak ingin membuat konferensi lalu dilupakan orang.

Dalam jangka panjang, kami harap setelah peserta CIS 2019 kembali ke proyek atau pekerjaannya masing-masing, kami ingin dampak nyata dari pengetahuan yang mereka dapat di sini. Yang pada akhirnya sejajar dengan misi kami, yakni meningkatkan 1 persen PDB di Asia Tenggara. Jadi semua orang di ASEAN bisa merasakan keuntungan dari pertemuan ini.

Corporate Innovation Summit 2019 akan berlangsung pada 28 hingga 29 Maret 2019 di Centara Grand, Central World Bangkok, Thailand. Untuk pemesanan tiket dan info lebih lanjut, kamu bisa kunjungi cis.riseaccel.com.

Baca Juga: Diskusi Jonan, Moeldoko, dan Najwa Paling Diburu Pengunjung IMS 2019

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya