Produsen Tempe di Jombang Sebut Pandemik Cobaan Terberat 

Harga kedelai juga terus naik

Jombang, IDN Times - Pelaku usaha industri tempe di Jombang, Jawa Timur menceritakan kondisi usahanya yang terpukul akibat hantaman pandemik COVID-19 sejak setahun lalu. Usaha yang digeluti suami istri Umi Hasanah (48) dan Wiyono (69) warga Dusun Rejosari, Desa Tinggar, Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang sejak 19 tahun lalu ini, nyaris gulung tikar akibat badai pandemi COVID-19. Belum lagi, harga kedelai terus merangkak naik.

"Cobaan yang paling berat sepanjang perjalanan usaha kami 19 tahun, ya saat ada Corona ini. Hampir mau bangkrut, ditambah harga kedelai semakin hari semakin naik," ungkap Umi saat ditemui IDN Times di rumahnya, pada Selasa (1/6/2021).

1. Hampir menyerah karena pandemik

Produsen Tempe di Jombang Sebut Pandemik Cobaan Terberat Bahan baku kedelai untuk membuat tempe. IDN Times/Zainul Arifin

Pandemik virus corona yang sampai saat ini belum juga berkesudahan memang sangat berdampak besar bagi berkembangnya roda perekonomian di masyarakat.Tak hanya karena pandemik, harga bahan baku yang semakin melambung tinggi membuat para pelaku usaha tahu dan tempe semakin tercekik.

Perputaran uang yang semakin sulit, mulai bahan baku mahal hingga pelanggan tidak mau harga tempe dinaikkan menjadi problem pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) tahu dan tempe.

"Hampir mau menyerah dan pengin usaha lain. Namun, juga bingung mau usaha apalagi dan kasian sama pelanggan. Membuka usaha lagi tentu akan lebih berat," katanya.

Baca Juga: Nekat, Pria Jombang Selundupkan Sabu Dibungkus Cabai ke Penjara

2. Ekonomi tidak bisa berputar

Produsen Tempe di Jombang Sebut Pandemik Cobaan Terberat Ilustrasi uang. IDN Times/Dok. Zainul Arifin

Umi menyebut, jika dulu mampu membeli bahan baku kedelai satu ton untuk persediaan selama 10 hari. Kini, hanya mampu membeli 70 kilogram dalam sehari untuk kebutuhan sekali olahan.

"Perputaran uang yang tidak bisa, makanya kami akali agar tetap bisa berwirausaha dengan membeli sedikit demi sedikit," sebutnya.

Meski terpuruk, Umi dan suaminya terus ikhtiar. Usahanya bertahan dengan keterbatasan keuntungan yang didapat. Omset penjualannya dari Rp10 juta menurun menjadi Rp7 juta perbulan. Omset itu menurun selama wabah corona melanda. Pun begitu, mereka berusaha menyadari pandemi ini juga berdampak pada semua sektor.

"Omset pasti menurun, kini hanya mampu sampai 7 juta paling tinggi selama corona ini," jelasnya.

3. Berharap Pandemik segera berakhir

Produsen Tempe di Jombang Sebut Pandemik Cobaan Terberat Produsen tempe di Jombang. IDN Times/Zainul Arifin

"Meski untung sedikit tidak jadi masalah. Tetap disyukuri yang penting masih diberi rejeki. Memang karena pandemi kita memaklumi, mungkin bukan hanya kami yang merasakan tapi semua sektor merasakannya," Umi melanjutkan.

Rasa penuh syukur dari pasutri itu usahanya tidak sampai gulung tikar. Kendati begitu, mereka berdoa dan berharap pandemik COVID-19 segera berakhir dan harga kedelai kembali normal.

"Semoga corona cepat hilang dan harga kedelai kembali normal. Semoga pemerintah juga memperhatikan sektor industri kecil dan UMKM di Jombang," kata Umi berharap.

Baca Juga: Pengusaha Tahu Tempe Ancam Mogok, Kemendag: Stok Kedelai Cukup

Zain Arifin Photo Verified Writer Zain Arifin

Jombang, Nganjuk, Mojokerto

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya