Derita Warga Yaman di Bulan Ramadan, Harga Barang Naik Gila-gilaan

Yaman telah dilanda krisis akibat konflik sejak 2014

Jakarta, IDN Times - Aqeel bin Thabet, seorang profesor universitas di kota Aden, Yaman, biasanya membeli satu atau dua domba untuk dimakan selama bulan Ramadan. Namun karena melonjaknya harga tahun ini, dia hanya mampu membeli daging selama seminggu sekali.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Intisar Ahmad yang berusia 50 tahun. Dia menuturkan bahwa dia harus meninggalkan daging dan permen sebagai makanan utama dan cukup hanya dengan apa yang mereka bisa untuk sekadar mengisi perut.

“Harga 50 kilogram gula dan tepung putih di Aden telah melonjak 40 persen dalam waktu kurang dari sebulan,” kata Ahmad, dilansir Reuters, Senin, 5 April 2022.

Baca Juga: Duh, Koalisi Saudi Diduga Langgar Gencatan Senjata di Yaman

1. Yaman juga dilanda krisis bahan bakar 

Derita Warga Yaman di Bulan Ramadan, Harga Barang Naik Gila-gilaanIlustrasi harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Akses untuk memperoleh bahan bakar juga semakin sulit di Yaman imbas perang yang terjadi antara koalisi pimpinan Arab Saudi melawan kelompok Houthi. Yang paling terdampak adalah wilayah yang dikuasai Houthi karena adanya blokade dari Saudi terhadap akses minyak.

Aksi itu kemudian berdampak pada kelangkaan bahan bakar dan melonjaknya harga. Wael al-Sulwi, yang tinggal di ibu kota Sanaa, mengungkapkan keluhannya kepada wartawan.

“Ramadan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lonjakan harga yang gila-gilaan,” kata al-Sulwi, di kota Sanaa, tempat Houthi menggulingkan pemerintah pada 2014.

Gencatan senjata dua bulan antara pihak-pihak yang bertikai yang dimulai pada Sabtu bertujuan untuk memberikan bantuan dengan mengizinkan pengiriman bahan bakar ke daerah-daerah Houthi. Namun dampaknya belum dirasakan.

Baca Juga: Utusan PBB Minta Gencatan Senjata di Yaman Selama Ramadan 

2. Harga mata uang jatuh secara tajam 

Derita Warga Yaman di Bulan Ramadan, Harga Barang Naik Gila-gilaanBantuan pangan WFP untuk warga Yaman (twitter.com/WFP in Yemen)

Di kota Aden, nilai mata uang Riyal telah jatuh sekitar 20 persen terhadap dolar sejak Januari. Yaman memiliki dua bank sentral yang bersaing sehingga nilai Riyal berbeda tergantung wilayahnya.

Profesor Thabet, yang memiliki lima anak, mengatakan bahwa gaji bulanannya beberapa tahun lalu sekiranya berada pada kisaran 1.200 dolar AS, namun sekarang hanya senilai 250 dollar.

"Apakah mereka ingin mendorong negara untuk menyelesaikan kelaparan, yang sekarang mengetuk pintu banyak keluarga yang nyaman," kata Thabet dengan marah, sembari mengkritik pemerintah dan pedagang.

“Orang-orang sangat hancur, dan ada orang yang tidak bisa membeli kebutuhan pokok untuk bulan Ramadhan, dan ini adalah malapetaka,” tutur Ahmad Sumay, seorang profesor di Universitas Sanaa.

Baca Juga: Berkah Ramadan! Houthi-Yaman Sepakati Gencatan Senjata Selama 2 Bulan

3. Perang telah berlangsung selama tujuh tahun terakhir 

Derita Warga Yaman di Bulan Ramadan, Harga Barang Naik Gila-gilaanSeorang warga Yaman berjalan di bawah puing-puing reruntuhan bangunan. (Via Twitter/UN Human Rights)

Perang Yaman yang terjadi dalam tujuh tahun terakhir telah membelah negara itu antara Houthi di utara dan pemerintah yang diakui secara internasional di selatan yang berbasis di sekitar kota Aden. Pemerintah yang sah dipaksa keluar dari ibu kota, Sanaa, oleh Houthi pada 2014 silam.

Perang tersebut juga telah mendorong jutaan orang ke dalam jurang kelaparan. Sebanyak 17,4 juta orang sekarang membutuhkan bantuan makanan dan sebagian besar populasi menghadapi tingkat darurat kelaparan, dilansir laman resmi UNICEF.

Mata uang juga jatuh di Yaman selatan dan kelangkaan bahan bakar di utara telah menempatkan makanan dan barang-barang lainnya lebih jauh di luar jangkauan sebagian besar warga Yaman. Sekitar 2,2 juta anak-anak dan ibu hamil mengalami kekurangan gizi akut.

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya