Belajar dari Kasus Jouska, Ini Tips Investasi Saham yang Sehat

Baca artikel ini sebelum berinvestasi ya!

Jakarta, IDN Times - Masyarakat tengah dihebohkan dengan kasus PT Jouska Finansial Indonesia, karena jasa penasihat atau perencana keuangan ini membuat kliennya harus kehilangan puluhan bahkan ratusan juta dalam berinvestasi.

Tentu kamu tidak ingin kejadian seperti ini menimpa kamu. Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa menghindari meminimalisasi kerugian ketika berinvestasi? Simak yuk, tips investasi berdasarkan riset dari Lifepal. Riset ini terkait kasus yang dialami klien Jouska dengan berinvestasi di saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk atau LUCK.

1. Investor seharusnya melakukan diversifikasi dalam berinvestasi

Belajar dari Kasus Jouska, Ini Tips Investasi Saham yang SehatIlustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Idealnya, kamu harus menyebarkan investasi pada beberapa instrumen investasi saham. Ini penting agar kamu dapat mengurangi risiko kerugian karena saham atau perusahaan tertentu.

Oleh karena itu, investor biasanya menyebar investasi mereka ke lima hingga 15 perusahaan.

Baca Juga: Heboh soal Saham Gorengan, Jouska Bantah Bawa Klien Investasi di LUCK

2. Jangan membeli saham di harga yang terlalu mahal

Belajar dari Kasus Jouska, Ini Tips Investasi Saham yang SehatIlustrasi Harga Saham Naik (Bullish) (IDN Times/Arief Rahmat)

Ada berbagai cara untuk menentukan harga saham yang layak. Sebagai contoh rekomendasi untuk membeli saham LUCK pada harga Rp1.457,84 per saham dapat dikategorikan sebagai overpriced alias kemahalan.

Bandingkan dengan sejumlah rasio yang bisa dijadikan patokan bagi investor sebelum memutuskan membeli saham tertentu, misalnya price earning ratio (PER) dan price book value ratio (PBV).

Jika dibandingkan kedua rasio tersebut untuk PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK) dengan rasio tiga emiten lain yaitu: PT Astra Graphia Tbk (ASGR), PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), dan PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) pada tanggal yang sama, akan terlihat perbedaannya.

Rasio pertama yakni PER. Dengan membandingkan PER emiten-emiten tersebut, investor dapat melihat pendapatan bersih perusahaan berbanding dengan harga saham dan jumlah saham yang beredar. Dengan pendapatan bersih sebesar 5.3 miliar, LUCK di harga Rp1.458 memiliki PER sebesar 137.5 kali dari pendapatan per-lembar sahamnya. Sementara itu, tiga emiten pada industri yang sejenis hanya memiliki PER belasan saja, walaupun telah memiliki pangsa pasar yang lebih besar.

Rasio kedua yang digunakan adalah PBV. Rasio ini didapat dengan membagi harga per lembar saham dengan nilai buku atau ekuitas dari emiten per lembar saham. Ekuitas adalah total aset perusahaan, dikurangi dengan semua hutang perusahaan. Artinya jika dalam kasus terburuk perusahaan bangkrut dan dilikuidasi, maka pemegang saham akan dibagikan nilai buku dari perusahaan. 

3. Kapasitas dan toleransi risiko investor seharusnya dijadikan

Belajar dari Kasus Jouska, Ini Tips Investasi Saham yang SehatKaryawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020) (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Tujuan finansial dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan jangka waktu. Investasi untuk tujuan keuangan jangka pendek, biasanya akan dicapai dalam 1-2 tahun. Untuk jangka menengah biasanya antara 2-5 tahun, dan untuk tujuan jangka panjang biasanya akan dicapai dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun.

Penempatan investasinya tentu akan disesuaikan dengan jangka waktunya. Investasi untuk tujuan keuangan jangka pendek, biasanya ditempatkan di instrumen berisiko rendah seperti deposito atau obligasi negara, sedangkan untuk tujuan jangka panjang dapat ditempatkan pada iinstrumen dengan keuntungan besar dan risiko besar seperti saham.

Dalam berinvestasi, investor juga tentunya memiliki batas toleransi tentu dalam menghadapi kerugian. Investor seharusnya memiliki pilihan untuk cut-loss, artinya menghentikan kerugian pada batasan tertentu. Jika dianggap batas toleransi atau kapasitas adalah 20 persen, investor memiliki pilihan untuk melepas investasi saham di situasi merugi. Hal ini tentunya dengan merujuk pada pertimbangan matang lainnya.

Baca Juga: Ini Alasan Jouska Rekomendasikan Saham LUCK ke Klien 

4. Waspada ketika berinvestasi di saham dengan volume kecil

Belajar dari Kasus Jouska, Ini Tips Investasi Saham yang SehatIlustrasi Penurunan Harga Saham/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Hal lain yang menjadi pertimbangan berikutnya adalah likuiditas, atau volume transaksi. Ketika berinvestasi, salah satu aspek yang diperhatikan adalah seberapa besar volume transaksi jual-beli lembar saham yang bisa ditransaksikan di dalam kurun waktu tertentu.

Volume transaksi yang kecil dapat mengakibatkan fluktuasi nilai yang sangat besar. Nilai saham dapat meningkat atau menurun sangat drastis dengan angka transaksi yang kecil. Dalam kasus saham LUCK, sayangnya itu menurun dengan sangat drastis.

Pada 9 Agustus 2019, hanya dengan volume transaksi sebesar Rp21.817.600, harga saham LUCK menurun sebesar minus 21.9 persen dari Rp1.895 per saham menjadi Rp1.480 per saham.

Baca Juga: Disebut Jadi Penyebab Ruginya Klien Jouska, Apa Itu Saham LUCK?

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya