Anak Muda Jadi Peternak Sapi? Yuk, Intip Gimana Suksesnya

Omzetnya Rp200 juta per bulan

Jakarta, IDN Times - Faruk Hadomi (39 tahun) sudah mulai beraktivitas sejak pukul 03.00 WIB setiap hari. Bersama tiga karyawannya, ia mulai menyikat 70 sapi perahnya, memberi mereka pakan hingga memeras susu mereka. Faruk adalah generasi ketiga yang menjalankan usaha keluarga ini. Peternakan sapi perah rintisan kakek neneknya ini diberi nama CV Simpati atau Faruk Milk.

"Orang tua punya sapi udah turun-temurun. Saya udah generasi ketiga. Dari zaman Belanda udah ada," kata Faruk kepada IDN Times di peternakannya di Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur beberapa waktu lalu.

Ini adalah kisah sukses Faruk mengelola peternakan sapi perah hingga omzet Rp200 juta per bulan.

Baca Juga: Kisah Sukses Ainayya Raih Omset Miliaran dari Modal Rp10 Juta

1. Lulusan teknik informatika yang jatuh cinta kepada peternakan sapi perah

Anak Muda Jadi Peternak Sapi? Yuk, Intip Gimana SuksesnyaFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Shemi)

Faruk merupakan lulusan teknik informatika. Namun, sejak usia 15 tahun, ia sudah membantu orang tuanya mengurus bisnis keluarga yang jauh dari bidang yang dipelajarinya di kampus ini. Dari sembilan bersaudara, hanya Faruk yang meneruskan usaha peternakan ini.

"Mulai SMP mulai bantu-bantu, selesai kuliah baru mandiri. Lama berjalan ya cocok. Dari hati udah sreg," katanya. Meski demikian, ia tidak serta merta mengambil keuntungan peternakan dari orang tuanya.

Ia mengaku membesarkan sapinya sendiri sejak kecil. Ia memulai dengan 40 pedet atau anak sapi. "Dari anakan kita urusin. Satu persatu lahir, dilaktasi terus sampai gede," ucapnya.

Baca Juga: Cerita Petani Minahasa dan Pebisnis AS Bawa Vanilla Indonesia Mendunia

2. Ketekunan yang berbuah manis

Anak Muda Jadi Peternak Sapi? Yuk, Intip Gimana SuksesnyaIlustrasi Peternakan Sapi Perah (IDN Times/Shemi)

Faruk mengelola peternakannya dengan tekun. Mulai dari memberi pedet (anak sapi) susu hingga membersihkan kandang. Tak hanya itu, ia masih memeras sapi secara manual menggunakan tangan meski sudah memiliki alat atau teknologi yang cukup. 

Hingga saat ini, ia sudah punya 70 sapi perah yang memproduksi 350 liter susu per hari. Susu itu ia jual secara melalui loper yang datang ke peternakannya, dijual ecer, dan dikirim ke koperasi.

"Omzet bisa Rp200 juta per bulan, susu aja. Bantuin jual concetrate juga," ucapnya.

Istri Faruk juga mengolah susu yang ada menjadi susu siap minum hingga produk lain seperti yogurt. Namun Faruk memisahkan usaha itu dan diserahkan ke sang istri. "Kalau produk turunan (susu) itu urusan istri, saya fokus di susu ini saja," katanya.

3. Ingin menjadikan peternakan sapi perah sebagai ikon Jakarta

Anak Muda Jadi Peternak Sapi? Yuk, Intip Gimana SuksesnyaIlustrasi Peternakan Sapi. (IDN Times/Shemi)

Banyak yang tidak menyangka di Jakarta masih ada peternakan sapi perah. Faruk pun mengakui hal itu. Kebanyakan orang Betawi asli lebih banyak berbisnis properti seperti tanah, kos hingga kontrakan.

Ia pun bertekad melestarikan usaha dari kakeknya ini dan berharap peternakannya bisa menjadi ikon Jakarta. "Pengin jadi ikon, ciri khas orang Betawi kan peternak sapi perah. Kalau sekarang ini (cirinya) jadi bikin kos, kontrakan," ujar Faruk.

Meski demikian, mengelola peternakan sapi perah tidak mudah. Berbagai kendala seperti sulitnya mendapat pakan berupa rumput hijau, mengelola karyawan, maupun masalah cuaca menjadi tantangan yang harus ia hadapi.

"Faktor cuaca di Jakarta buat produksi susu tidak sebanyak di daerah lain. Paling banyak 15 liter per hari dari satu sapi. Kalau cuaca sejuk seperti bulan Desember ini memang produksi susunya banyak tapi penjualan turun," jelas Faruk.

Baca Juga: Indonesia Berpotensi Cuan Besar dari Bisnis 'Emas Hijau'

Topik:

  • Anata Siregar
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya