Kian Perkasa, Rupiah 7 September Menguat di Level 14.740

Mata uang garuda diprediksi masih akan terus menguat

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 10 poin di level 14.740 dari penutupan sebelumnya di level 14.750. Dalam perdagangan besok, mata uang garuda diprediksi akan kembali menguat.

"Antara 10-25 poin di level 14.710-14.800," jelas Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Senin (7/9/2020). 

1. Pemerintah fokus pada kesehatan masyarakat

Kian Perkasa, Rupiah 7 September Menguat di Level 14.740Ilustrasi tes usap atau swab test. IDN Times/Bagus F

Dari faktor internal, kata Ibrahim, pemerintah fokus di kesehatan masyarakat lantaran sudah mengetahui potensi kontraksi pada PDB kuartal ketiga. Dengan demikian, sangat mungkin Indonesia mengikuti jejak 47 negara lainnya yang sudah lebih awal terdampak resesi. Pada kuartal kedua, PDB Indonesia terkontraksi 5,32 persen. Apabila di kuartal ini kembali minus, Indonesia sah memasuki jurang resesi untuk pertama kalinya sejak krisis moneter 1998.

"Di samping itu, risiko resesi kian nyata setelah pemerintah DKI Jakarta terus memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga saat ini. Bahkan, ada rumor PSBB transisi kemungkinan akan diperpanjang sampai akhir tahun 2020," kata Ibrahim.

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Senin Besok Diprediksi Menguat di Level 14.720 

2. PSBBB transisi menimbulkan stagnasi ekonomi, namun masih dipercaya pelaku pasar

Kian Perkasa, Rupiah 7 September Menguat di Level 14.740Satpol PP memberi sanksi terhadap pelanggar PSBB di Jakarta (Instagram.com/satpolpp.dki)

Dia melanjutkan, PSBB transisi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya akan terjadi stagnasi. Hal itu akan berimbas menurunnya konsumsi masyarakat dan pertumbuhan investasi yang stagnan.

"Bisa dilihat dari mangkraknya proyek-proyek pemerintah berupa pembangunan infrastruktur baik jalan tol, jembatan maupun yang lainnya sampai saat ini masih belum berjalan. Walaupun pemerintah sudah melakukan segala cara untuk menghidupkan kembali perekonomian dengan berabagai macam strategi, namun penyebaran COVID-19 begitu masif sehingga wajar kalau akhirnya belum mendapatkan hasil yang maksimal," ungkapnya.

Sebagai informasi saja, Bank Dunia dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020, dengan judul The Long Road to Recovery memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0 persen. Bank Dunia juga memiliki skenario kedua, yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkontraksi sebesar  minus 2 persen pada 2020. Ini terjadi jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.

Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya.

"Dengan informasi tersebut, pelaku pasar merasa lega dan ada kepastian dari pemerintah. Arus modal asing kembali masuk ke dalam pasar dalam negeri walaupun aliran dananya tidak terlalu deras, namun kerja keras pemerintah masih bisa dijadikan katalis positif untuk pasar," kata Ibrahim.

3. Pertumbuhan pekerjaan AS melambat

Kian Perkasa, Rupiah 7 September Menguat di Level 14.740Presiden Donald Trump yang sedang menghadiri kampanye kepresidenan di New Hemisphere, pada 29 Agustus 2020. twitter.com/realDonaldTrump

Dari sisi eksternal, rilis data pekerjaan AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan melambat lebih jauh pada bulan Agustus. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melambat dan kehilangan pekerjaan permanen meningkat karena pendanaan pemerintah mulai habis. Hal itu meningkatkan keraguan pada keberlanjutan pemulihan ekonomi.

Namun, tingkat pengangguran turun menjadi 8,4 persen dari 10,2 persen di Juli. Padahal, prediksi dari sejumlah ekonom hanyalah di kisaran 9,8 persen. Di bulan Juli, terjadi peningkatan 1,73 juta pekerja manufaktur dan konstruksi (nonfarm payroll). Sementara, di bulan Agustus meningkat sebanyak 1,37 juta pekerja.

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Terus Menguat Jadi 14.649, Apa Saja Faktornya?

4. Demo di Hong Kong dan isu Brexit kembali mencuat

Kian Perkasa, Rupiah 7 September Menguat di Level 14.740Polisi anti kerusuhan memakai masker saat membubarkan pengunjuk rasa anti pemerintah saat mereka melakukan aksi di pusat perbelanjaan di Hong Kong, pada 26 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Selain itu, bentrokan kembali terjadi antara petugas polisi dengan pengunjuk rasa dalam demo Hong Kong pada hari Minggu (8/9/19). Dalam demo di distrik perbelanjaan kelas atas Causeway Bay itu polisi Hong Kong menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa setelah ribuan demonstran berkumpul di Konsulat Amerika Serikat (AS) untuk meminta bantuan bagi wilayah yang masih dikuasai Tiongkok itu.

Akibat hal itu, para demonstran berpencar ke wilayah Admiralty di dekatnya, ke distrik bar Wan Chai dan ke Causeway Bay, di mana aksi kejar-kejaran kembali terjadi. Demo Minggu kemarin merupakan lanjutan dari demo anti pemerintah yang sudah terjadi sekitar tiga bulan terakhir di salah satu pusat keuangan dunia itu.

Kemudian, di tengah kebuntuan negosiasi perdagangan UE-Inggris, kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan telah meningkat tajam karena negosiasi telah terancam oleh desakan Inggris bahwa negara itu memiliki otonomi penuh atas rencana bantuan negara. Uni Eropa menuntut potensi veto pada undang-undang dan peraturan pasca-Brexit Inggris, harian Inggris The Times melaporkan pada hari Sabtu, mengutip pejabat senior pemerintah.

Baca Juga: Rupiah Perkasa di Hari Terakhir Agustus 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya