Masih Dibayangi Pandemik, Rupiah Sanggup Menguat di Level Rp14.197

Penanganan COVID-19 belum konsisten 

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar upiah terhadap dolar AS ditutup menguat 87 poin. Mengutip Bloomberg, rupiah berada di level Rp14.197. Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi.

"Namun ditutup menguat di rentang Rp14.160 - Rp14.230," ungkap Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Senin (10/5/2021).

Baca Juga: Jelang Idul Fitri, Rupiah Menguat di Level Rp14.145 

1. Penanganan COVID-19 belum konsisten

Masih Dibayangi Pandemik, Rupiah Sanggup Menguat di Level Rp14.197Ilustrasi proses pemakaman salah satu jenazah COVID-19 di TPU. IDN Times/Aldila Muharma-Fiqih Damarjati

Ibrahim mengatakan, efektivitas kebijakan pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi masih jauh dari harapan. Ini terlihat dari  penanganan pandemik COVID-19 yang belum konsisten. Akibatnya, Indonesia selalu tertinggal dari negara negara lain yang sudah tumbuh positif dan bisa menangani COVID-19 dengan vaksinasi.

"Pertumbuhan ekonomi yang masih minus merupakan bukti bahwa penanganan pandemik oleh pemerintah belum serius dan efektif," ungkapnya.

2. Pertumbuhan ekonomi kuartal II bakal terkontraksi bila kinerja pemerintah tak membaik

Masih Dibayangi Pandemik, Rupiah Sanggup Menguat di Level Rp14.197Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jika pemerintah tidak memperbaiki kinerjanya dalam penanganan pandemik COVID-19, kata Ibrahim, ada ketakutan di kuartal kedua pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi. Selain itu, Indonesia bisa terjebak dalam jurang resesi.

"Atau walaupun positif kemungkinan hanya di 1-2 persen dan keluar dari jurang resesi," kata Ibrahim.

Baca Juga: Sejarah Gambar RA Kartini di Uang Kertas Rupiah dari Masa ke Masa

3. Efektivitas kebijakan PEN perlu ditingkatkan

Masih Dibayangi Pandemik, Rupiah Sanggup Menguat di Level Rp14.197(Ilustrasi pertumbuhan ekonomi) IDN Times/Arief Rahmat

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/5/2021), mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi sebesar 0,74 persen secara tahunan. Menurut Ibrahim, kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sebagian besar digunakan untuk mendorong konsumsi dan daya beli masyarakat masih perlu ditingkatkan efektivitasnya.

"Terutama manajemen pendistribusian bansos, khususnya validitas data perlu dibenahi mengingat ada temuan KTP ganda oleh Kemensos," ungkapnya.

Selain itu, masih besarnya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun 2020 dan saldo pemerintah daerah di lembaga perbankan, menunjukkan kebijakan belanja baik pusat maupun daerah belum efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu, menurut Ibrahim, tantangan pada Kuartal Kedua tahun 2021 jauh lebih besar.

"Kebijakan pelarangan mudik tanpa ada alternatif untuk mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat, akan membuat perekonomian nasional masih tertekan," katanya.

Baca Juga: 5 Crazy Rich Indonesia, Hartanya Sampai Triliunan Rupiah!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya