Mayoritas Perempuan Pedesaan Minim Literasi Keuangan, Ini Sebabnya

Pendidikan masih rendah dan sulit mengakses informasi

Jakarta, IDN Times - Hasil riset Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebutkan mayoritas perempuan pedesaan masih minim literasi keuangan. Hal itu disebabkan tingkat pendidikan yang rendah serta mengalami keterbatasan dalam mengakses informasi.

"Sebanyak 52,3 persen mitra Amartha merupakan lulusan sekolah dasar yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang berskala mikro dengan penghasilan kurang dari Rp3 juta per bulan," kata Sekretaris Eksekutif CfDS UGM, Dewa Ayu Diah Angendari di Jakarta, Rabu (6/11).

1. Mayoritas perempuan pedesaan kesulitan mengatur pos-pos pengeluaran

Mayoritas Perempuan Pedesaan Minim Literasi Keuangan, Ini SebabnyaDok.IDN Times/Istimewa

Ayu menjelaskan, para perempuan tersebut masih kesulitan mengatur pos-pos pengeluaran. Mereka masih mencampuradukkan pendapatan dan pengeluaran dari hasil usaha.

"Misal, mereka buka warung sehari dapat Rp100 ribu, yang Rp80 ribu itu modal belanja dan Rp20 ribu laba jualan. Mereka masih menganggap kalau Rp100 ribu itu adalah pendapatan mereka, lalu langsung habis dibelanjakan," tutur Ayu.

Baca Juga: Millennials, Investor Terbesar Fintech P2P Lending

2. Televisi masih menjadi sumber akses informasi pertama

Mayoritas Perempuan Pedesaan Minim Literasi Keuangan, Ini SebabnyaDok.IDN Times/Istimewa

Dalam mengakses informasi, para mitra Amartha tersebut masih mengandalkan televisi atau orang-orang di sekitar mereka. Sekitar 70 persen perempuan mitra Amartha berusia di atas 40 tahun. Sementara, 62,5 persen mitra Amartha tidak memiliki telepon genggam yang memungkinkan mereka terhubung dengan internet.

"Menghadapi tantangan tersebut, Amartha menerjunkan business partner atau agen lapangan yang bertugas untuk menjembatani jurang tersebut," kata Chief Risk and Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto.

3. Sistem pendampingan meningkatkan literasi keuangan para perempuan desa

Mayoritas Perempuan Pedesaan Minim Literasi Keuangan, Ini Sebabnya(Ilustrasi uang) IDN Times/Sukma Shakti

Aria menjelaskan, sistem pendampingan melalui business partner Amartha membuat pengetahuan para perempuan desa tentang literasi keuangan semakin meningkat. Selain mengumpulkan pembayaran, business partner yang datang di setiap pertemuan mingguan turut membantu para mitra Amartha untuk mengelola pinjaman.

Kegiatan rutin mingguan ini membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. "Sebanyak 54,5 persen mitra Amartha merasa kemampuan mengelola keuangan meningkat setelah bergabung dengan Amartha," ujarnya.

4. Para perempuan mitra Amartha lebih nyaman menggunakan jasa keuangan P2P lending

Mayoritas Perempuan Pedesaan Minim Literasi Keuangan, Ini SebabnyaIDN Times/Indiana Malia

Akibat rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya akses terhadap informasi, lanjut Aria, para perempuan mitra Amartha ternyata lebih memilih fintech peer-to-peer (P2P) lending dibandingkan jasa keuangan formal lainnya. Sejumlah pertimbangan yang melatarbelakangi keputusan tersebut adalah jarak yang jauh dengan bank, jumlah pinjaman yang dapat diajukan terlalu besar, syarat administrasi yang lebih kompleks, hingga sudah terbiasa dengan transaksi tunai.

Riset kolaboratif CfDS dan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) dilakukan pada delapan puluh delapan responden mitra Amartha di delapan kota di Jawa (Bandung, Bogor, Subang, Sukabumi, Banyumas, Klaten, Kediri, dan Mojokerto) dengan menggabungkan metode survei, wawancara dan focus group discussion. 

Baca Juga: Tingkat Literasi Keuangan Masyarakat di Jawa Tengah Masih Rendah

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya