Pekan Ini, Rupiah Ditutup Menguat di Level 14.772

Dipengaruhi NPO, defisit transaksi berjalan, dan suku bunga

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar ditutup menguat 72 point di level 14.772 dari penutupan sebelumnya di level 14.844.

"Untuk Senin depan ada kemungkinan rupiah masih akan menguat di level 14.720-14.820," ungkap Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Rabu (19/8/2020).

1. NPO tercatat surplus

Pekan Ini, Rupiah Ditutup Menguat di Level 14.772Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Rahmad)

Dari faktor internal, kata Ibrahim, dipengaruhi oleh Neraca Pembayaran atau Balance of Payment (BOP) Indonesia pada kuartal II-2020 yang mencatat surplus setelah defisit di kuartal sebelumnya. Penurunan defisit transaksi berjalan (CAD) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) menjadi pemicunya. Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia pada periode April-Juni 2020 surplus US$ 9,2 miliar.

"Surplus ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2011 atau sembilan tahun silam," jelasnya.

2. Defisit transaksi berjalan membaik dari kuartal sebelumnya

Pekan Ini, Rupiah Ditutup Menguat di Level 14.772Ilustrasi Uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Defisit transaksi berjalan sebesar US$ 2,9 miliar atau setara 1,2 persen dari produk domestik bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4 persen dari PDB. Defisit di kuartal II-2020 menjadi yang paling kecil sejak kuartal I-2017.

"Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil," kata Ibrahim.

3. Tingkat suku bunga dipertahankan di posisi 4 persen

Pekan Ini, Rupiah Ditutup Menguat di Level 14.772ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Selain itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku (7 Days Reverse Repo Rate/7DRR) di posisi 4 persen. Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap di 3,25 persen dan 4,75 persen.

"Keputusan ini diambil sesuai dengan pertimbangan kondisi pemulihan ekonomi global di tengah pandemi virus corona atau COVID-19. Salah satunya yang terjadi di Tiongkok, meski pertumbuhan ekonomi di beberapa negara terkontraksi tajam akibat pembatasan mobilisasi pada kuartal II 2020," ungkap Ibrahim.

Baca Juga: Cie, IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa Pagi ini

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya