Proyeksi Ekonomi AS Direvisi, Rupiah Melemah di Level Rp14.595

Pasar mempertanyakan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen. Dilansir dari Bloomberg, rupiah berada di level Rp14.595.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, namun ditutup melemah di rentang Rp14.585-Rp14.610," ungkap Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Senin (12/4/2021).

Baca Juga: Awal Pekan, Rupiah Melemah di Level Rp14.575 

1. Kenaikan PPI mengindikasikan kegiatan bisnis mulai bangkit

Proyeksi Ekonomi AS Direvisi, Rupiah Melemah di Level Rp14.595Ilustrasi ambil uang di Bank (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Menurut Ibrahim, tanda-tanda pemulihan ekonomi AS terus bermunculan. Data terbaru yang dirilis pekan lalu menunjukkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) meroket 4,2 persen pada bulan Maret. Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari 9 tahun terakhir.

"Selain itu, kenaikan PPI mengindikasikan roda bisnis mulai menggeliat dan para wirausahawan mulai meningkatkan aktivitasnya," ungkapnya.

2. Pasar mempertanyakan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi

Proyeksi Ekonomi AS Direvisi, Rupiah Melemah di Level Rp14.595Ilustrasi dolar AS (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik juga diprediksi oleh The Fed. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Maret yang dirilis pekan lalu menunjukkan The Fed menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini menjadi 6,5 persen dari prediksi sebelumnya 4,2 persen.

"Besarnya revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut tidak diikuti dengan pembaharuan panduan kebijakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan tanda tanya di pasar," kata Ibrahim.

Baca Juga: Dapat Stimulus Raksasa dari Joe Biden, Warga AS Banyak Beli Saham

3. The Fed tidak menaikkan suku bunga dalam waktu dekat

Proyeksi Ekonomi AS Direvisi, Rupiah Melemah di Level Rp14.595IDN Times/Holy Kartika

Selain itu, The Fed juga memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir tahun nanti sebesar 4,5 persen dan inflasi berada di 2,2 persen. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi cukup besar, kata Ibrahim, tetapi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Suku bunga 0,25 persen masih akan dipertahankan hingga tahun 2023, sementara program pembelian aset (quantitative easing) senilai 120 miliar dolar AS belum akan dikurangi nilainya alias tapering.

"Artinya, dengan pemulihan ekonomi AS lebih cepat dari prediksi, serta The Fed yang tidak akan mengubah kebijakan moneter tentunya memberikan efek ganda ke pasar finansial," jelasnya.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi AS Diramal Kalahkan Tiongkok Berkat Stimulus Biden

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya