Sempat Menguat, Rupiah 10 September Ditutup Melemah di Level 14.855
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup melemah. Hal itu dipicu pemberlakuan kembali kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota. Rupiah melemah 56 poin atau 0,38 persen di level 14.855 dari sebelumnya 14.799.
"Pasar lebih mengkhawatirkan PSBB Jakarta yang berpotensi akan mendorong perlambatan pemulihan Indonesia. Sebab, Jakarta memegang 70 persen perputaran uang di Indonesia," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dilansir dari ANTARA, Kamis (10/9/2020).
1. Pasar masih khawatir dengan konflik AS-Tiongkok
Sementara itu dari global, lanjut Ariston, konflik AS dan Tiongkok yang memanas masih mendorong kekhawatiran pasar.
"Selain itu, nanti malam ada keputusan ECB. Kemungkinan lebih optimis nadanya dibanding sebelumnya yang bisa membantu penguatan aset berisiko," ujar Ariston.
2. Nilai tukar rupiah sempat menguat di awal perdagangan
Editor’s picks
Pagi tadi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat 31 poin atau 0,21 persen menjadi 14.768 dari sebelumnya 14.799. Namun demikian, rupiah diprediksi melemah seiring dengan pemberlakuan PSBB total. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan kembali menarik rem darurat PSBB transisi di Jakarta. DKI Jakarta akan kembali melaksanakan PSBB total seperti sebelum masa transisi mulai 14 September 2020.
"Rupiah bisa ke 17.000," ungkap Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Rabu malam (9/9/2020).
3. Pandemik COVID-19 di Indonesia masih mengkhawatirkan
Ibrahim mengatakan, penyebaran pandemik virus corona di Indonesia terus mengkhawatirkan, terutama di DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan dengan gamblang mengatakan kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan sehingga harus tanggap dengan paket kebijakan yang akan dikeluarkan walaupun kondisi keuangan terus menipis akibat masa PSBB transisi yang terus diperpanjang.
Di sisi lain, kata Ibrahim, pemerintah harus bisa mengimbangi dengan fasilitas kesehatan yang dimiliki. Jumlah kasus yang tidak terkendali akan berdampak pada penanganan dan fasilitas kesehatan milik pemerintah.
"Kenapa mengkhawatirkan? Karena kapasitas rumah sakit ada batasnya. Bila jumlah yang membutuhkan perawatan makin banyak, di atas kemampuan kapasitas rumah sakit dan jumlah tenaga medis yang terbatas, ini merupakan masalah besar dan mengkhawatirkan," ujar dia.