Tutup Akhir Pekan, Rupiah Melemah di Level Rp14.040
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah terhada dolar AS ditutup melemah 65 poin di level Rp14.040 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.025. Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi.
"Namun, ditutup melemah di rentang Rp14.050- Rp14.080," ujar Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Jumat (19/2/2021).
Baca Juga: Akhir Pekan, Rupiah Tertekan di Level Rp14.053
1. Klaim pengangguran AS meningkat
Faktor eksternal, kata Ibrahim, investor terus mencerna kenaikan tak terduga dalam jumlah klaim pengangguran AS. Sebanyak 861.000 klaim telah diajukan selama minggu sebelumnya, dibandingkan dengan 765.000 klaim dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan 848.000 klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya.
"Ini pertanda potensial dari bulan kedua berturut-turut pertumbuhan pekerjaan lesu yang membayangi penurunan kasus COVID-19 baru-baru ini," ungkapnya.
2. Data neraca pembayaran Indonesia jadi salah satu faktor pelemahan rupiah
Editor’s picks
Dari faktor internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV 2020 defisit rendah sebesar 0,2 miliar dolar AS. Hal tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang berlanjut di tengah transaksi modal dan finansial yang defisit rendah.
"Namun, bank sentral menegaskan, NPI tetap baik sehingga mampu menopang ketahanan eksternal, sehingga tetap terjaga di tengah tekanan pandemi COVID-19," kata dia.
Baca Juga: Meski Masih Pandemik, Investor Siap Gelontorkan Modal Buat Startup
3. Pemangkasan suku bunga turut melemahkan rupiah
Sementara, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia membantu memberikan tekanan ke rupiah. Sebab, perbedaan yield dengan dolar AS kian menipis.
Selain itu, BI juga menurunkan angka prediksi pertumbuhan PDB 2021 karena kasus COVID-19 yang masih tinggi di Indonesia. Positivity rate COVID-19 di Indonesia masih tergolong tinggi.
"Ini yang menambah tekanan ke rupiah," ungkapnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan, Jadi 3,5 Persen