3 Cara Ini Bisa Cegah Naiknya Harga Sembako Saat Ramadan

Jangan langsung ngomel sama pedagang, ada penjelasannya loh!

Bulan Ramadan yang akan datang dalam waktu kurang dari sebulan lagi, tentunya membuat umat muslim sangat gembira. Bagaimana tidak, di bulan penuh ampunan tersebut, banyak amalan ibadah yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya. Di bulan ini pula, para umat muslim biasanya akan mulai membuat beraneka macam makanan yang lezat untuk hidangan berbuka. Terlebih lagi saat hari raya idul fitri/lebaran, akan mulai bermunculan makanan-makanan khas daerah yang jarang dijumpai di hari-hari biasa. Nah, untuk membuat berbagai makanan tersebut, tentu para ibu-ibu akan semakin rajin mendatangi pasar untuk berburu bahan makanan.

Namun, ada fenomena yang sering kali kita rasakan saat menjelang bulan ramadhan dan lebaran, yaitu kenaikan harga kebutuhan pokok yang biasanya membuat para pembeli mengomel seharian. Kira-kira apa sih yang membuat harga kebutuhan pokok menjadi meningkat pada momen-momen hari raya seperti ini? Apakah ini ulah para pedagang yang seenaknya menaikkan harga demi meraup keuntungan tinggi, dengan memanfaatkan momen bulan Ramadan dan hari raya?

Sebenarnya, bukan semata-mata karena itu. Meningkatnya harga kebutuhan pokok disebabkan oleh naiknya permintaan (demand) di bulan Ramadhan, tetapi tidak disertai dengan kenaikan supply barang. Walhasil, kebutuhan barang tidak tercukupi, barang langka, dan harga-pun akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan hukum supply & demand. Seharusnya, jika permintaan meningkat tanpa disertai dengan kelangkaan barang, harga barang akan semakin murah.

Contohnya, jika kita membeli satu buah permen, harganya adalah Rp 500, dan saat kita membeli satu lusin permen, harga totalnya adalah Rp 5400, yang artinya harga permen per buahnya hanya Rp 450 saja. Hal ini berkaitan pula dengan prinsip economics of scale, yaitu adanya penurunan biaya produksi saat jumlah produksi meningkat, yang berpengaruh pada harga barang yang dibeli saat kita membeli barang dalam skala besar.

Tetapi kondisi saat bulan ramadhan dan lebaran berbeda, situasi kenaikan permintaan secara drastis hanya terjadi pada beberapa waktu saja, yang membuat harga melonjak jika tidak diantisipasi sebelumnya dengan menambah suplai barang. Yang menjadi pertanyaan, mengapa harga bisa naik saat suplai barang terbatas? Kenaikan harga dimaksudkan agar barang kebutuhan yang sedang banyak-banyak nya diminati konsumen ini, tidak habis di pasaran. Pertanyaan selanjutnya, apakah kita harus pasrah saja mengikuti kenaikan harga ini tanpa bisa melakukan apa-apa? Sebenarnya ada cara untuk mengatasi hal tersebut, seperti:

1.      Mempersiapkan suplai kebutuhan pokok menjelang bulan ramadhan dan lebaran.

Aktor yang berperan dalam mengendalikan suplai kebutuhan pokok adalah pemerintah, produsen, serta pedagang. Pemerintah dapat berkoordinasi dengan para produsen, contohnya para petani sayuran serta peternak hewan, untuk menambah jumlah produksinya saat menjelang bulan ramadhan serta lebaran, agar kebutuhan para konsumen dapat terpenuhi dan kenaikan harga barang dapat diatasi. Hal ini juga bisa menghindari perbuatan para pedagang yang tak bertanggung jawab dengan menimbun dahulu bahan-bahan pangan saat harga masih murah.

Padahal hal tersebut juga bisa memicu kenaikan harga yang lebih cepat, akibat jumlah barang yang berkurang secara tiba-tiba di pasaran. Pemerintah juga biasanya melakukan operasi pasar untuk men-injeksi suplai barang agar harga barang dapat dipertahankan.

2.      Penetapan harga batas atas (price ceiling) oleh pemerintah

Sebagai penentu kebijakan, pemerintah dapat menentukan harga termahal / harga maksimum dari suatu barang. Misalnya, dengan meningkatnya kebutuhan akan bawang merah, tetapi suplai bawang merah sedikit, harga yang biasanya berkisar antara Rp 35.000 sampai Rp 40.000 bisa melonjak hingga Rp 60.000 per kilogram. Dengan menetapkan harga maksimum dari bawang merah, misalnya Rp. 45.000 per kilogram, kenaikan harga bahan pokok dapat sedikit teratasi dan konsumen menjadi terlindungi.

Namun, masalah lain dapat muncul jika suplai barang tidak tercukupi, yaitu habisnya barang di pasaran. Nah, hal ini bisa memicu timbulnya pasar-pasar gelap, yang menjual barang diatas harga yang ditetapkan pemerintah. Tapi, namanya juga orang lagi butuh, ya bisa saja akhirnya para konsumen membeli juga barang dengan harga lebih tinggi tersebut.

3. Sebagai konsumen, kendalikan diri agar tidak kalap belanja

Jangan hanya mengandalkan kerja pemerintah, produsen, dan pedagang untuk mengendalikan harga barang pokok. Kita sebagai konsumen juga bisa ikut membantu, dengan tidak terbawa nafsu membeli semua kebutuhan pokok dalam jumlah besar. Saat momen hari raya, tentu para pekerja biasanya mendapatkan THR dan seringkali menggunakan uang tersebut untuk belanja macam-macam. Nah, perilaku konsumtif yang dilakukan secara berjamaah ini juga memicu naiknya tingkat demand.

Dengan mengendalikan hawa nafsu sedikit, kita bisa tetap menjaga jumlah demand agar tidak meningkat secara drastis, sehingga kenaikan harga dapat sedikit teratasi. Toh pada bulan ramadhan memang waktunya bagi kita untuk dapat mengendalikan hawa nafsu kan? Jadi, cukup membeli barang-barang yang memang dibutuhkan saja. Meskipun memang ada peningkatan karena ini momen hari raya, tapi jangan terlalu berlebihan ya guys....

Semoga saja pada bulan puasa dan lebaran nanti, harga kebutuhan pokok dapat terkendali dengan baik, sehingga para ibu-ibu tidak kewalahan mencari bahan makanan untuk berbuka dan ber hari raya nanti...

 

Nanda Akmalia Photo Writer Nanda Akmalia

Mulai mencoba kembali untuk menulis :D

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya