Dampak COVID-19 ke Bisnis Retail Banking PermataBank

Digitalisasi jadi kunci bertahannya bisnis bank

Jakarta, IDN Times – Direktur Retail Banking PermataBank Djumariah Tenteram mengatakan pandemik COVID-19 telah membawa dampak negatif pada bank. Apalagi di saat-saat pertama pandemik melanda pada awal 2020, di mana bank belum bisa beradaptasi dengan keadaan.

“Itu juga mungkin menjadi sesuatu yang mengagetkan bagi semua orang karena langsung PSBB, semuanya dibatasi kegiatannya. Bisnis tiba-tiba harus melambat secara signifikan,” katanya dalam acara Exclusive Interview secara daring, Jumat (3/9/2021).

“Jadi dua bulan pertama itu adalah bulan-bulan yang memang sangat susah yang kita hadapi karena semua, bukan hanya bisnis yang harus lockdown, tetapi kegiatan kita semua juga sangat dibatasi. Kemudian yang biasanya kita masuk kerja, kantor bisa melayani nasabah, ini sekarang kan tidak bisa kemana-mana jadi otomatis hambatan itu membuat semuanya serba terganggu.”

Baca Juga: Kenali 8 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Ini

1. Digitalisasi jadi kunci bertahannya bisnis

Dampak COVID-19 ke Bisnis Retail Banking PermataBankIDN Times/PermataBank

Namun ia mengatakan bersyukur hal tersebut tidak berlangsung lama karena bank segera melakukan adaptasi seperti memanfaatkan teknologi untuk tetap memberikan pelayanan terbaik di saat pandemik.

“Dan yang paling menyenangkan itu adalah karena kesiapannya kita terutama dari sisi digital banking. Jadi itu adalah sesuatu yang sangat membantu kita dalam kondisi pandemik kemarin,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bank berinvestasi besar-besaran dalam hal teknologi.

“Dalam arti perangkat-perangkatnya, dengan mem-provide kepada kita punya tim yang work from home supaya mereka semua mempunyai laptop juga, sehingga mereka bisa kerja secara mobile,” jelasnya.

2. Dampak pandemik pada bisnis tetap ada

Dampak COVID-19 ke Bisnis Retail Banking PermataBankDirektur Retail Banking PermataBank Djumariah Tenteram (Sereenshot Zoom)

Meski telah melakukan berbagai upaya tersebut, Djumariah mengatakan dampak pandemik terhadap bisnis tetap ada. Di mana hal ini tercermin dalam berbagai hal seperti peningkatan dan penurunan angka dalam berbagai bisnis bank.

“Kalau kita lihat dari sisi deposit, sebenarnya ini adalah sesuatu yang cukup karena dari sisi deposit untuk retail banking itu growth nya 18 persen year on year,” ujarnya. “Artinya apa? Artinya memang banyak dana yang terparkir ya dalam dana pihak ketiga.”

Ia juga mengatakan ada peningkatan luar biasa dalam dana yang diinvestasikan, yakni mencapai sekitar 32 persen.

“Jadi kelihatannya memang kegiatan melambat sehingga mungkin banyak juga dana yang nganggur itu yang mau tidak mau karena tidak bisa melakukan banyak kegiatan itu ditempatkan di deposito ataupun di investasi,” paparnya.

Baca Juga: Sejarah Bank Indonesia, Bank Sentral Penjaga Kestabilan Nilai Rupiah 

3. Utang mengalami perlambatan

Dampak COVID-19 ke Bisnis Retail Banking PermataBankIDN Times/PermataBank

Sementara itu di sisi utang (loan), Djumariah mengatakan telah terjadi perlambatan. Ia menjelaskan bahwa sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) lah yang mengalami perlambatan paling besar.

“Karena mungkin bisnis melambat jadi otomatis demand terhadap loan juga jadi sangat rendah, dan di samping itu juga bank pasti akan cukup berhati-hati untuk memberikan pinjaman yang baru untuk menjaga NPL-nya juga,” katanya.

“Tetapi walaupun demikian, kita tidak berhenti untuk memberikan pinjaman. Kita tetap jalan dan salah satu contohnya adalah KPR kita itu meningkat signifikan. Year on year kita growth-nya sekitar 22 persen,” tandas Djumariah.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya