Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa Terjadi

Jangan sampai merugi karena tidak paham risiko

Jakarta, IDN Times – Dalam berinvestasi, selain bisa mendapat keuntungan, kita juga bisa mengalami kerugian. Kerugian ini merupakan salah satu risiko yang ada dalam berinvestasi.

Pada dasarnya, setiap jenis investasi pastinya memiliki risiko, termasuk juga deposito yang disebut sebagai salah satu aset investasi yang jauh lebih aman ketimbang saham.

Dalam investasi juga terdapat istilah high risk, high return atau yang berarti semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi pengembalian yang bisa didapatkan. Namun, yang perlu dipahami adalah ada risiko dalam investasi yang tidak bisa dipisahkan.

Berikut adalah tujuh macam risiko yang pasti ada di dalam dunia investasi. 

Baca Juga: 3 Tips Investasi Cryptocurrency buat Para Investor Pemula

1. Risiko suku bunga

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa Terjadi(IDN Times/Aditya Pratama)

Risiko suku bunga adalah risiko yang timbul karena nilai relatif aktiva berbunga, seperti pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang diakibatkan adanya perubahan suku bunga yang ada di pasaran sehingga akan mempengaruhi pendapatan investasi.

Secara umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya. Risiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang sekarang digunakan untuk mengelola risiko suku bunga.

Contoh, suku bunga obligasi adalah 8-10 persen pada umumnya, namun kemudian pemerintah mengeluarkan Sukuk Ritel yang memiliki suku bunga hingga 12 persen. Dengan begitu, pastinya investor lebih suka dengan Sukuk Ritel ini.

2. Risiko pasar

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIlustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Risiko pasar ini adalah risiko fluktuasi atau naik turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang disebabkan oleh perubahan sentimen pasar keuangan (seperti saham dan obligasi) yang sering disebut juga dengan risiko sistematik (systematic risk), artinya risiko ini tidak bisa dihindari dan pasti akan selalu dialami oleh investor.

Hal ini bahkan bisa membuat investor mendapat capital loss. Perubahan ini bisa dikarenakan beberapa hal seperti adanya resesi ekonomi, isu, kerusuhan, spekulasi termasuk juga perubahan politik.

Contoh, isu kesehatan seorang presiden kemudian memberikan fluktuasi nilai dari rupiah terhadap dolar yang kemudian naik.

Namun, tidak perlu panik dan langsung mencairkan dana investasi saat menghadapi fluktuasi pasar. Sebab, penurunan atau peningkatan aset seperti ini tidak terjadi secara terus-menerus.

Baca Juga: Tips Investasi Buat Karyawan dengan Gaji Pas-Pasan, Patut Dicoba Nih!

3. Risiko inflasi

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIlustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Risiko inflasi, juga disebut risiko daya beli, adalah peluang bahwa arus kas dari investasi tidak akan bernilai sebanyak di masa depan karena perubahan daya beli karena inflasi. Risiko ini memiliki potensi yang merugikan daya beli masyarakat terhadap investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.

Risiko inflasi adalah risiko yang diambil oleh investor saat memegang uang tunai atau berinvestasi dalam aset yang tidak terkait dengan inflasi. Risikonya adalah bahwa nilai tunai akan berkurang oleh inflasi.

Sebagai contoh, jika seorang investor memegang 40 persen dari portofolio tunai Rp10 juta dan inflasi berjalan pada 5 persen, nilai tunai portofolio akan hilang Rp2 juta per tahun (Rp10 juta x 0,4 x 0,05) karena inflasi.

4. Risiko likuiditas

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIDN Times/Mia Amalia

Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu.

Misalnya, jika suatu pihak tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai. Meskipun pihak tersebut memiliki aset yang cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tetapi ketika aset tersebut tidak bisa dikonversikan segera menjadi uang tunai, maka aset tersebut dikatakan tidak likuid.

Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya pihak lain di pasar yang berminat membelinya.

Hal ini berbeda dengan penurunan drastis harga aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tak bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar (membeli) aktiva kemungkinan hanya disebabkan karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.

Risiko jenis ini memiliki kaitan dengan percepatan dari sekuritas yang diterbitkan oleh pihak perusahaan yang bisa diperdagangkan di ranah pasar sekunder.

5. Risiko valas atau nilai tukar mata uang

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIDN Times

Risiko valuta asing (valas) adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan terutama pada saat dikonversikan dengan dengan mata uang domestik.

Risiko jenis ini berkaitan dengan sebuah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Pada umumnya, risiko jenis ini juga disebut sebagai currency risk atau dengan exchange rate risk.

Contoh: investor ingin menanamkan investasi yang mengharuskannya menggunakan mata uang dolar AS. Di saat yang sama kurs rupiah terhadap dolar AS lemah

Sehingga investor harus mengeluarkan rupiah dengan jumlah yang sangat banyak daripada ketika nilai rupiah menguat. Oleh sebab itu, menguatnya dolar terhadap rupiah bisa memberikan kerugian.

6. Risiko negara

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIlustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Risiko ini disebut dengan risiko politik. Hal ini didasarkan pada kondisi perpolitikan negara. Dari risiko ini juga masih ada kaitan dengan perubahan ketentuan undang-undang yang membuat pendapatan menurun.

Bahkan tidak mungkin jika investasi yang sudah ditanam akhirnya hilang begitu saja atau merugi. Oleh karena itu, jika ada investor yang akan menanamkan modal di luar negeri, memang lebih baik untuk melihat kondisi politik negara tersebut. Jika kondisi politik baik, maka akan berdampak positif juga bagi dunia investasi.

Baca Juga: 5 Keuntungan Investasi dengan Perbanyak Relasi, Selagi Muda, Bro!

7. Risiko reinvestasi

Sebelum Mulai, Kenali 7 Risiko Investasi yang Bisa TerjadiIlustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Risiko ini merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari suatu aset keuangan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan aktivitas re-invest.

Jadi, ketika hendak melakukan reinvest, perusahaan harus benar-benar memahami apa itu reinvest serta bagaimana caranya untuk mengatur atau mengelola risiko investasi ini.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya