[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologi

Elisa juga banyak berbagi tips seputar karier di bidang ini

Jakarta, IDN Times – Kehadiran perempuan dalam dunia teknologi telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan tidak jarang perempuan juga menduduki posisi tinggi di suatu perusahaan teknologi. Salah satu contohnya adalah Elisa Prajogo.

Perempuan yang tumbuh dan besar di Kanada itu kini menjabat sebagai Wakil Presiden Senior Strategi dan Pengembangan Produk GudangAda. Sebelumnya, ia juga pernah menjajaki karier di salah satu perusahaan pemesanan perjalanan populer, Traveloka.

Berikut adalah wawancara khusus IDN Times dengan Elisa mengenai perjalanan kariernya hingga berhasil membangun startup di bidang teknologi.

Baca Juga: Yakin E-commerce Favoritmu Terbaik di Kelasnya? Cek 5 Kriterianya! 

Bisa Anda jelaskan sedikit mengenai GudangAda?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiGudangAda

Jadi GudangAda adalah B2B (business to business) e-commerce platform yang fokusnya di bidang FMCG (barang konsumen yang bergerak cepat). Jadi kita melayani para grosiran, para manufacturer atau produsen, dan juga para pedagang-pedagang FMCG.

GudangAda didirikan di Januari 2019. Sekarang sekarang sudah partner dengan lebih dari 300 ribu pedagang di Indonesia. Jadi sekarang di 500 kota di Indonesia.

Untuk pencapaian yang sudah diraih sebagai perusahaan, dalam 2 tahun keberadaan GudangAda sudah membawa impact terhadap 300 ribu penjual. Terus juga mendapatkan funding lebih dari 30 juta dolar AS. Ini didapatkan dari berbagai investor kelas dunia seperti Sequoia, Alpha JWC, dan Wavemaker.

In terms of impact yang sudah diberikan, di masa pandemik ini apalagi para pedagang lumayan berkesulitan dalam menjalani keseharian mereka yaitu adalah sourcing barang-barang dan juga mendapatkan customer-customer baru. Di masa ini GudangAda ada untuk benar-benar membantu mereka.

Apa saja bagian produk GudangAda?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiGudangAda

Ada dua bagian dari produk GudangAda, yang pertama kita punya marketplace produk. Ini adalah tempat para pedagang bertemu. Jadi kalau misalnya saya seorang pedagang dan saya ada barang yang mengendap, gak tahu gimana, saya bisa memberikannya ke GudangAda dan para pedagang lain bisa melihat tokonya Elisa ini punya barang dan bisa membeli dari sana.

Selain itu, kita juga memberikan layanan logistik. Jadi marketplace dan logistik. Untuk pelayanan logistik kita itu adalah layanan pengiriman. Jadi kalau di masa ini para pedagang lumayan takut untuk bertemu, GudangAda logistik memberikan offering untuk kita mengambil dari toko seller dan mengirimkan ke toko buyer-nya dengan cost yang cukup rendah, dengan cost terhadap buyer yaitu Rp10 ribu.

Jadi, kalau dari sisi pedagang dibandingkan dengan dia bayar parkir dan sebagainya dan harus mengambil resiko menemui orang-orang di toko seller, for them it's a real benefit-lah untuk memiliki GudangAda. Jadi in terms of timing, solusi yang kita bangun di GudangAda ini hopefully bisa make even bigger impact during the pandemic.

Apa peran yang Anda lakukan di GudangAda?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiElisa Prajogo, Senior Vice President of Product Strategy and Development GudangAda

Jadi di GudangAda saya memimpin, kita sebut dengan tim produk. Jadi kita bekerja dengan tim produk dan tim engineering. Kita dua divisi ini membentuk tim teknologi di GudangAda. Jadi untuk tim produk ini termasuk produk manajer, product designer, bisnis analis dan juga product support. Tim kami memastikan produk dan layanan teknologi yang dibangun di GudangAda ini benar-benar bisa membantu para pedagang dalam keseharian mereka.

Saya sendiri kebetulan secara pendidikan dulu kuliah saya di bidang teknologi. Jadi saya studi saya di bidang system design engineering. Lalu kebetulan sebagai bagian dari kuliah saya ada 6 internship, kerja lapangan yang dilakukan sepanjang masa kuliah saya. Jadi selama 6 internship itu saya sempat mencoba berbagai hal. Jadi kayak mechanical engineering, sempat mencoba civil engineering, sampai akhirnya nyangkut deh di teknologi.

Ketika saya lulus, pekerjaan pertama saya sebagai project manager di perusahaan telekomunikasi. Setelah itu naik saya ke Traveloka. Di Travelokalah saya benar-benar mulai mendalami teknologi, membangun platform produk. Basic-nya adalah membangun kayak dasarnya Travelokalah dari dulu hanya dua produk aja sampai menjadi 12 produk lebih selama 4 tahun di sana.

Lalu, di pertengahan tahun lalu saya pindah ke GudangAda dan di GudangAda membangun tim teknologi untuk empower para pedagang FMCG.

Apa saja tantangan yang pernah dihadapi saat menggeluti bidang ini?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologitraveloka.com

Kalau untuk saya pribadi yang pertama itu menurut saya challenges-nya adalah menemukan apa sih yang saya sukai, apa sih passion saya yang benar-benar bisa memotivasi saya dan bisa membuat saya merasa fulfilled dalam keseharian pekerjaan saya. Itu adalah challenge yang pertama. Jadi, itu bisa dilalui dengan mencoba berbagai jenis pekerjaan.

Lalu kedua adalah menemukan opportunity yang sesuai. Ketika saya sudah tahu nih yang saya mau tuh ini, terus harus menemukan opportunity yang sesuai. Di mana memenuhi keinginan saya pada saat itu karena kan mungkin sambil kita bertambah umur juga keinginannya mungkin berbeda-beda.

Mungkin seperti setelah di Traveloka saya sudah belajar mengenai sisi teknologinya lumayan banyak. Ketika saya menemukan opportunity di GudangAda saya merasa ini adalah sebuah kesempatan yang baik untuk belajar bisnis B2B yang mungkin banyak employees di gudang ada yang mungkin sudah sangat berpengalaman di bidang ini.

Yang ketiga adalah timing. Jadi menurut saya timing is everything also. Jadi saya merasa ketika saya mulai terjun ke bidang teknologi itu kayak startup di Indonesia baru mulai berkembang. Saya mulai di Traveloka itu 2016. Jadi 2016 itu baru mulai membesar lalu mulai banyak juga perempuan yang mulai masuk.

Di masa pandemik ini juga ada kesempatan di GudangAda. Di mana di masa pandemi bisa really make a difference, societal impact para pedagang yang mungkin lagi kesulitan karena tidak bisa bertemu muka dengan para langganannya.

Baca Juga: Kisah Sukses Para Perempuan Hebat di Balik Bisnis dan Dunia Kerja

Strategi apa yang diterapkan dalam memimpin tim teknologi?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologi

Jadi strategi saya yang pertama saya harus bisa membangun tim teknologi yang bisa bersanding dengan tim bisnis yang sudah memiliki banyak pengalaman. Mungkin pendiri GudangAda dan karyawan-karyawan awal di GudangAda sudah memiliki pengalaman kayak puluhan tahun, gimana caranya kita membangun tim teknologi yang kuat sehingga bisa mengimbangi mereka.

Kedua adalah dari segi strateginya saya mencoba mencari the best talent yang memiliki passion dan hanger untuk sama-sama membangun dari nol. Tapi kebanyakan dari kita tidak memiliki pengalaman di dunia FMCG dan juga di dunia B2B.

Jadi ketika kita membangun technology solution untuk para pedagang dan bukan untuk end customer, itu kita harus mempelajari sekali mereka punya habit itu seperti apa, lalu mempelajari sekali industri FMCG itu semua dalam-dalamnya seperti apa. Jadi itu adalah sesuatu yang harus kita dalami bersama dan bekerja dengan sangat erat dengan tim operasional yang ada.

Aspek apa yang paling penting untuk memimpin tim teknologi?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologipexels.com/Startup Stock Photos

Kalau dalam pengalaman aku untuk memimpin tim teknologi, satu hal yang yang sangat penting adalah kayak talent di bidang teknologi sangat mementingkan kesempatan untuk belajar dan maximizing their personal growth.

Bagi mereka ini kayak sesuatu yang sangat penting dan karena talent-talent seperti ini juga mungkin pretty high demand ya, apalagi di masa sekarang di mana banyak startup yang berkembang.

Maka menurut saya sangatlah penting saya sebagai leader dari tim teknologi untuk membangun culture yang benar-benar atraktif untuk mereka dan benar-benar memang bisa membuat mereka puas ketika mereka bekerja di dalam organisasi yang saya bentuk.

Apa saja potensi dan tantangan perempuan di bidang teknologi?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologipexels.com/Startup Stock Photos

Menurut saya di masa saya berkarier, stigma masyarakat terhadap perempuan dimulai dari mungkin mengambil studi di bidang STEM (science, technology, engineering, and mathematics) sendiri, sampai bekerja di bidang ini, itu sudah jauh lebih umum dan lebih bisa diterima.

Jadi dari awal-awal itu mungkin kayak perbedaan itu bisa saya rasakan sih. Mungkin kayak dulu ketika baru mau masuk ke bidang ini ya banyak lumayan yang mempertanyakan, ya kamu kan perempuan yakin mau sekolahnya engineering? Nanti teman-teman kuliah kamu nggak ada yang perempuan.

Tapi lama-kelamaan sepertinya kalau saya lihat sekarang kalau ngobrol dengan saudara-saudara yang lebih kecil mereka sudah sangat bisa diterima lah kalau mereka mau studi di bidang STEM. Mungkin di-encourage juga. Mungkin terbantu juga dengan lapangan kerja yang sudah mulai terbentuk lagi dan lebih open terhadap women di Indonesia.

Mungkin satu hal yang sangat saya apresiasi juga bahwa kayak dengan adanya generasi-generasi awal yang mencoba nge-breakthrough ini, akibatnya sekarang sudah lumayan banyak juga leader-leader di technology companies yang sudah menjajaki karier sehingga sudah berada di posisi di mana banyak yang bisa menjadi role model untuk mungkin talent-talent baru yang masih mempertimbangkan karier di bidang ini.

Menurut saya having people in the leadership yang memang perempuan itu benar-benar makes a difference. Ketika seseorang mau join, mungkin mereka lihat oh iya itu kan perempuan. Apalagi yang sudah menjadi leader. Jadi I think that also makes a difference di dalam at least 10 tahun terakhir sejak saya mulai mendalami bidang ini.

Bagaimana cara menghadapi komentar-komentar yang kurang membangun dari luar?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup Teknologifreepik.com

Kalau untuk saya sendiri karena saya tahu apa yang saya sukai, mungkin dari kecil kali ya sudah suka ngoprek-ngoprek barang-barang gitu. Kebetulan, terima kasih juga orang tua saya lumayan mendukung sih. Jadi mereka bukan salah satu yang mempertanyakan ini. Mungkin mereka juga kayak lumayan liberal kali ya dalam membiarkan anak-anaknya memilih bidang-bidang yang mereka inginkan.

Jadi for me personally mungkin ketika ditanya itu oleh orang-orang luar, satu ya saya tahu apa yang saya inginkan dan kemudian dua saya mendapatkan dukungan yang kuat dari orang tua sehingga saya merasa cukup pede lah dalam menghadapi pertanyaan orang luar mengenai ini.

Bagaimana GudangAda memberikan peluang untuk perempuan?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiIlustrasi hari perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau di GudangAda sendiri, GudangAda mempercayai bahwa keberagaman itu, keberagaman dalam bentuk gender atau apapun itu benar-benar membantu memperkuat organisasi apapun. Nah jadi dalam hiring proses kita, kita tidak memandang hal-hal seperti gender. Jadi apabila seseorang memiliki kapabilitas untuk memimpin dan memberikan impact terhadap organisasi, orang itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari GudangAda.

Siapa perempuan yang Anda jadikan role model?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiIlustrasi Keluarga (IDN Times/Arief Rahmat)

Kalau buat saya, banyak sih perempuan yang menjadi role model saya. Yang paling kuat mungkin perempuan-perempuan yang ada di keluarga saya. Jadi kayak mama saya, tante saya, kakak saya. Saya belajar banyak sekali dari mereka.

Kalau untuk generasi sebelumnya terutama, mereka banyak yang tumbuh besar tanpa banyak edukasi. Jadi ketika mereka grow up mungkin education opportunity-nya limited sekali dibanding kayak kita di zaman sekarang. Hampir tidak ada yang namanya bisa kuliah, bisa SMA ya syukur-syukur. Jarang juga yang bisa sampai ke level itu.

Tapi, mungkin dari saya kecil, saya melihat perjalanan mereka. Bisa membantu mencari uang sambil membesarkan keluarga inti dan juga sambil men-support keluarga besar. mungkin zaman dulu kan keluarga-keluarga itu kan lebih dekat ya jadi berasa kental sekali gitu. Enggak cuman kayak ngurusin keluarga mereka tapi juga ketika sana lagi ada yang sakit bisa membantu dan sebagainya dan juga menjadi pribadi-pribadi yang menurut saya tuh sangat hangat.

Jadi tidak hanya mencapai financial success, tapi bisa juga menjadi pribadi yang menurut saya keren. Jadi saya banyak belajar dari orang-orang terdekat ini. Mungkin karena saya juga paling punya banyak exclusion ke mereka.

Baca Juga: [Wawancara Ekslusif] Lebih Dekat dengan Fajar Alfian

Adakah tips karier untuk perempuan yang ingin terjun di bidang teknologi?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiIlustrasi Wanita Karir (IDN Times/Mardya Shakti)

Yang pertama tipsnya mungkin kayak pede aja. Kita tahu kalau perempuan memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi yang sama seperti laki-laki, bahkan kadang-kadang lebih di beberapa kasus. Jadi jangan takut untuk mengejar mimpi.

Jadi yang pertama itu, kenali kapabilitas kalian, bangun skill yang memang dibutuhkan untuk berkembang di bidang ini. lalu jalani saja jangan terlalu banyak memikirkan apa yang diomongin orang di luar sana.

Yang kedua temukan komunitas dan mentor yang bisa memberikan tips-tips dalam menghadapi halangan apapun. Bahkan meskipun mereka tidak bisa memberikan tips, mungkin kayak kebersamaannya mengetahui bahwa oh ya banyak loh perempuan yang juga menjalani hal ini gitu dan sama-sama menjalani bareng itu pasti membantu membuat semuanya jadi lebih mudah.

Jadi contohnya mungkin kalau dari masa sekolah, mengetahui ada beberapa kok perempuan lain yang juga di STEM. Jadi kaya saling menguatkan satu sama lain, mengenal alumni-alumni yang juga perempuan yang bisa sharing-sharing ketika menghadapi kesulitan.

Yang ketiga menurut saya adalah menemukan, baik itu sekolah ataupun perusahaan yang mendukung mimpi mereka. Jadi artinya adalah menemukan organisasi-organisasi yang memang menghargai juga value mereka tanpa melihat bahwa kamu itu perempuan atau bukan perempuan, tapi benar-benar melihat value mereka as equal.

Apa pandangan Anda atas kesetaraan gender di Indonesia dan dunia?

[WANSUS] Kisah Elisa Prajogo, Ahli Strategi di Startup TeknologiProgram Kaderisasi Ulama

Menurut saya masih banyak yang harus diperjuangkan untuk mencapai kesetaraan gender. Mungkin setiap negara punya masalah yang berbeda-beda mengenai kesetaraan gender ini. Tetapi secara umum kalau saya lihat ya dalam satu generasi terakhir sudah terlihat kayak kemajuan yang sangat besar ke arah yang positif untuk kesetaraan gender ini. Namun ini memang adalah sesuatu yang harus terus diusahakan.

Menurut saya, kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memajukan ini. Jangan sampai semangat dan usaha ini merosot. Gimana caranya? Mungkin menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada dalam keseharian kita untuk yang pertama, mungkin bring awareness terhadap gender related bias yang mungkin ada. Kadang-kadang kita nggak nyadar, tapi kayak kita sendiri mungkin berperilaku dalam cara yang mungkin gender related bias.

Kedua adalah kayak being mindful akan tendensi-tendensi ini. Jadi kadang-kadang kalau misalnya lagi jalan-jalan kita nggak terlalu mikir gitu, tapi ketika kita melihat ternyata tadi yang teman saya bilang itu lumayan bias atau lumayan kaya tidak mendukung kesetaraan gender.

Sesuatu yang ketika kita menyadari hal ini, mindful akan hal-hal ini dan mungkin bisa sharing ke teman-teman mengenai itu. Dan I hope di generasi selanjutnya ini bisa jadi sesuatu yang lebih baik lagi dan tren-tren bahwa perempuan bisa lebih banyak menjadi leader dan perempuan feel empower to do whatever it is that they want to pursue di dalam hidup mereka.

Baca Juga: Super Woman! 7 Ilmuwan Perempuan dan Jasanya bagi Dunia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya