Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik Kelas

IDN Times merilis survei yang digelar IDN Research Institute

Jakarta IDN Times - Kesadaran kaum Gen Z terhadap investasi ternyata masih lebih rendah. Laporan Indonesia Millennial Report, ada sekitar 39 persen Gen Z di Indonesia belum tertarik dengan investasi, dibanding 34 persen lainnya yang tertarik atau sudah terjun ke dalamnya.

Fakta ini membuktikan kalau Gen Z masih belum memikirkan investasi untuk kebutuhan masa depan, terutama ketika memasuki masa pensiun. Tentunya, kesadaran akan investasi perlu ditingkatkan demi memperbaiki taraf kehidupan ketika mereka masuk di masa pensiun.

Namun, patut dicatat, kesadaran akan investasi yang rendah bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Usia hingga pendapatan yang kecil, bisa menjadi penyebab mengapa kalangan Gen Z belum memikirkan investasi sebagai garansi di masa pensiun nanti.

Laporan ini didapat setelah IDN Research Institute melakukan penelitian yang bekerja sama dengan Populix dan dipublikasikan IDN Times. Survei ini digelar sejak 27 Januari hingga 7 Maret 2022, dengan margin of error kurang dari lima persen.

Metode penelitian menggunakan wawancara secara tatap muka, daring, dan kuesioner, menggunakan 1.000 total sampel. Area survei meliputi 12 kota dan wilayah aglomerasinya mencapai kurang lebih 44,8 juta sekitar Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.

1. Anomali dalam minat investasi

Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik KelasInfografis peminatan dalam investasi IMR 2022 (Dokumentasi Indonesia Millennials Report 2022)

Menariknya, ketika ditelusuri soal kalangan yang berminat tentang investasi, justru berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Sebanyak 45 persen responden yang berasal dari kelas menengah ke bawah begitu tertarik dengan investasi. Jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang tak tertarik, 26 persen.

Sementara, Gen-Z yang berasal dari kelas ekonomi menengah atas malah kurang tertarik dengan investasi. Persentasenya mencapai 46 persen. Yang berminat di kelas tersebut, ada di angka 30 persen.

Untuk Gen-Z dari kalangan menengah, catatannya cukup seimbang dengan 32 persen tertarik dan 44 persen kurang minat.

Fenomena ini bisa disebabkan atas dasar motivasi dari masing-masing Gen-Z. Mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, terlihat ingin naik kelas dan berharap investasi bisa mengantarkannya pada titik tersebut.

Baca Juga: Investasi di Tengah Inflasi, Cocoknya Instrumen Apa ya? 

2. Aset konvensional masih jadi primadona

Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik KelasInfografis Indonesia Millennial Report 2022 (Dokumentasi Indonesia Millennial Report 2022)

Aset investasi konvensional ternyata masih jadi primadona di kalangan Gen-Z. Ketimbang memilih aset yang likuiditasnya tinggi seperti saham, pasar uang, reksadana, obligasi, dan lainnya, mereka masih memilih emas serta properti sebagai investasi.

Memang, dua aset ini sering disebut-sebut sebagai asuransi dari investasi. Umumnya, investor yang fokus pada aset likuid menjadikan properti dan emas sebagai asuransi dalam investasi.

Keduanya dianggap sebagai aset yang tepat untuk diversifikasi portofolio investasi, lantaran nilainya yang stabil dan cenderung naik. Dengan adanya potensi loss dari investasi di aset likuid mereka, maka properti dan emas bisa jadi penyelamat karena sifatnya yang berkebalikan, lantaran selalu menunjukkan kenaikan di setiap periode.

Sebanyak 67 persen Gen-Z ternyata lebih tertarik berinvestasi dalam bentuk emas. Kemudian, 40 persen lainnya memilih properti sebagai aset yang layak diinvestasikan.

Kemudian, ada 38 persen Gen-Z yang mulai tertarik buat berinvestasi di saham. Sektor ini menjadi aset likuid yang paling banyak diminati Gen-Z, ketimbang reksadana, pasar uang, hingga obligasi.

Sementara, untuk mata uang kripto, tingkat peminatan Gen-Z mencapai nol persen alias tak terlalu signifikan.

3. Kepemilikan rumah di kalangan Gen-Z meningkat

Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik KelasInfografis Indonesia Millennial Report 2022 (Dokumentasi Indonesia Millennial Report 2022)

Minat Gen-Z yang tinggi terhadap aset properti memang sejalan dengan fakta kalau kepemilikan terhadap hunian di kalangannya begitu tinggi. Sebanyak 55 persen Gen-Z yang menjadi responden, mengaku memiliki rumah sendiri.

Menariknya, 38 persen di antara mereka membeli rumah secara tunai. Lalu, ada 17 persen yang membeli rumah dengan cicilan KPR dan 10 persen lainnya menggunakan skema syariah. Mereka yang menggunakan skema cicilan syariah merasa kalau itu lebih murah dan terakomodir.

Sebanyak 48 persen Gen-Z memiliki rumah di kawasan Jabodetabek. Cukup menarik, karena sebenarnya mereka menyadari kalau susah mencari rumah di wilayah ini lantaran lahan yang terbatas.

Dua wilayah terbesar kepemilikan rumah oleh Gen-Z dari sampel ada di kawasan Yogyakarta dan Bandung Raya. Bandung merupakan yang paling tinggi rasionya, 57 persen, sementara Yogya 50 persen.

Fakta ini cukup membuktikan kalau properti memang menjadi salah satu primadona dalam investasi di kalangan Gen-Z karena nilainya yang kian meningkat seiring dengan keterbatasan lahan.

4. Masih banyak yang mengharapkan warisan

Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik KelasIlustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Pada dasarnya, berinvestasi, khususnya di aset likuid bisa menjadi salah satu pegangan buat Gen-Z di masa pensiun nanti. Terlebih, jika mereka pintar dalam beraktivitas di bursa saham.

Tengok saja Warren Buffett yang dikenal sebagai investor terbaik dunia. Dengan berinvestasi di bursa saham, dia bisa menjadi kaya raya.

Namun, prosesnya cukup panjang lantaran Buffett sudah menata asetnya sejak masih aktif remaja dan bisa menikmati hasilnya di usia pensiun.

Saat ini, aset Buffett diperkirakan mencapai 97 miliar dolar Amerika Serikat, yang membuatnya menjadi orang paling makmur di dunia pada usia 92 tahun.

Kalau di Indonesia, ada Lo Kheng Hong. Dia merupakan investor terbaik yang ada di Indonesia dan selalu menjadi panutan bagi para pemula. Pun, LKH mengawali kiprahnya sebagai investor sejak usia belia dan baru menikmati hasilnya di masa pensiun.

Dengan dua gambaran itu, sudah seharusnya Gen-Z mulai melek dengan investasi. Sebab, dari data Indonesia Millennial Report, tingkat kesadaran investasi masih rendah, sekitar 34 persen.

Sedangkan, 39 persen lainnya tak tertarik dengan investasi. Mereka yang tak tertarik tentunya harus bekerja ketika sudah memasuki masa pensiun atau bergantung pada warisan dari orang tua. Tentu, ini cukup jadi perhatian karena investasi pada dasarnya bisa menyelamatkan mereka di hari tua nanti.

5. Baru bisa investasi kalau ada uang lebih

Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat demi Naik Kelasilustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Gen-Z juga dihadapkan pada tantangan dari gaya hidup konsumtif saat dihadapkan pada investasi. Sebanyak 50 persen Gen-Z yang menjadi responden, sebenarnya sudah mulai menata keuangannya untuk bisa lebih baik.

Mereka mulai menabung demi dana darurat dan menata kehidupan di masa depan setiap bulannya. Pun, ada yang mulai berinvestasi usai menerima gaji.

Ada pula yang mengaku baru bisa berinvestasi jika memiliki pemasukan tambahan. Sayangnya, ada yang mengaku bisa berinvestasi ketika dia ingat saja.

Dari hasil penelitian, 65 persen Gen-Z sebenarnya hidup dengan biaya di bawah Rp4 juta per bulannya. Sementara, setengah dari Gen-Z hidup di kisaran biaya Rp1,25 hingga Rp4 juta per bulannya.

Baca Juga: 4 Tips Investasi di Pasar Saham Amerika Serikat

Topik:

  • Satria Permana
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya