Riset: Mata Uang Kripto dan NFT Jadi Harapan Baru Gen-Z

Popularitas mata uang kripto kian meningkat menurut IMR

Jakarta, IDN Times - Belakangan ini terjadi pergeseran dalam pemilihan aset investasi likuid. Mata uang kripto dan non-fungible token alias NFT menjadi pilihan baru bagi kaum Gen-Z untuk berinvestasi.

Fenomena ini tak terlepas dari meledaknya Ghozali Everyday yang mampu jadi kaya raya akibat menjual 933 foto miliknya. Foto itu sebenarnya tak istimewa, namun memiliki ciri khas tersendiri lantaran diambil olehnya setiap hari sejak 2017 hingga 2021.

Lantaran NFT memiliki kaitan erat dengan mata uang kripto, tak heran aset ini jadi diburu investor dari kalangan Gen-Z. Mendadak, investor mata uang kripto melesat, karena adanya harapan baru dalam investasi.

BAPEBBTI mencatat, investor mata uang kripto di Indonesia meningkat pesat sejak 2021, dari 532.102 pada 2021 menjadi 12,4 juta pada Februari 2022.

Baca Juga: Riset: 51 Persen Gen Z Sudah Memiliki Dompet Digital

1. Mulai banyak yang belajar

Riset: Mata Uang Kripto dan NFT Jadi Harapan Baru Gen-ZData terkait Gen-Z yang berminat terhadap mata uang kripto (Dokumentasi Indonesia Millennial Report 2022)

Dari hasil penelitian IDN Research Institute yang bekerja sama dengan Populix dan digelar sejak 27 Januari hingga 7 Maret 2022, dengan margin of error kurang dari lima persen, hanya ada 23 persen Gen-Z yang tak mengerti tentang investasi di mata uang kripto.

Kebanyakan, mereka yang tak mengerti investasi mata uang kripto berasal dari kalangan bawah. Ada 30 persen Gen-Z yang ada di kelas menengah ke bawah tak mengerti tentang mata uang kripto.

Sementara, Gen-Z dari kalangan menengah yang tak mengerti investasi mata uang kripto mencapai 22 persen. Lalu, sebanyak 13 persen responden Gen-Z dari kalangan atas, tak mengerti tentang mata uang kripto.

Dengan metode penelitian menggunakan wawancara secara tatap muka, daring, dan kuesioner, menggunakan 1.000 total sampel, diketahui kalau Gen-Z merasa jika mata uang kripto merupakan harapan baru dalam investasi.

Sebanyak 44 persen responden merasa mata uang kripto begitu menguntungkan untuk diinvestasikan. Sementara, 38 persen lainnya merasa mata uang kripto bisa menggantikan sistem keuangan di masa sekarang. Terlebih, 35 persen lainnya merasa mata uang kripto sifatnya bebas karena tak terikat dengan pemerintah dan bank.

2. Rawan scam dan praktik penggelapan

Riset: Mata Uang Kripto dan NFT Jadi Harapan Baru Gen-ZAlasan Gen-Z memilih berinvestasi dalam mata uang kripto (Dokumentasi Indonesia Millennial Report 2022)

Sebelum terjun ke investasi mata uang kripto, memang seharusnya Gen-Z belajar terlebih dulu. Sebab, masih ada beberapa kalangan yang berani terjun ke investasi mata uang kripto, namun tak memiliki pengetahuan yang cukup.

Akibatnya, sejumlah pihak tak bertanggung jawab menggunakan kesempatan untuk mengeruk keuntungan. Banyak pula yang menjadi korban scam lewat mata uang kripto.

Hal itu sudah terjadi dalam beberapa kesempatan. Contohnya adalah Squid Game Coin yang sempat heboh dan akhirnya banyak yang jadi korban.

Skema macam ini disebut sebagai rug pull. Setelah developer mendapatkan uang banyak dari investor, mereka akan kabur dan menutup proyeknya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah melayangkan peringatan kepada para investor buat lebih berhati-hati jika ingin terjun ke mata uang kripto.

Pun, mata uang kripto, karena sifatnya yang tak terikat dengan pemerintah dan bank, membuatnya menjadi rawan sebagai media pencucian uang.

Kasus paling nyata adalah ketika Indra Kesuma alias Indra Kenz beserta Doni Salmanan ditangkap karena kasus Binary Options. Keduanya diduga menggelapkan uang penipuan dari Binary Options lewat mata uang kripto.

Baca Juga: Anomali Sadar Investasi: Jadi Alat Demi Naik Kelas

3. Gen-Z lebih suka aset konvensional

Riset: Mata Uang Kripto dan NFT Jadi Harapan Baru Gen-ZInfografis Indonesia Millennial Report 2022 (Dokumentasi Indonesia Millennial Report 2022)

Meski angka investor mata uang kripto meningkat, nyatanya Gen-Z lebih berminat dengan aset investasi konvensional. Ketimbang memilih yang likuiditasnya tinggi seperti saham, pasar uang, reksadana, obligasi, dan lainnya, mereka masih memilih emas serta properti sebagai investasi.

Memang, dua aset ini sering disebut-sebut sebagai asuransi dari investasi. Umumnya, investor yang fokus pada aset likuid menjadikan properti dan emas sebagai asuransi dalam investasi.

Keduanya dianggap sebagai aset yang tepat untuk diversifikasi portofolio investasi, lantaran nilainya yang stabil dan cenderung naik. Dengan adanya potensi loss dari investasi di aset likuid mereka, maka properti dan emas bisa jadi penyelamat karena sifatnya yang berkebalikan, lantaran selalu menunjukkan kenaikan di setiap periode.

Sebanyak 67 persen Gen-Z ternyata lebih tertarik berinvestasi dalam bentuk emas. Kemudian, 40 persen lainnya memilih properti sebagai aset yang layak diinvestasikan.

Kemudian, ada 38 persen Gen-Z yang mulai tertarik buat berinvestasi di saham. Sektor ini menjadi aset likuid yang paling banyak diminati Gen-Z, ketimbang reksadana, pasar uang, hingga obligasi.

Sementara, untuk mata uang kripto, tingkat peminatan Gen-Z mencapai nol persen alias tak terlalu signifikan.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya