Tips Pilih Saham saat Dunia Dibayangi Resesi, Yuk Simak!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Berbagai negara di dunia tengah dibayangi resesi. Inflasi global yang meningkat saat ini mengancam perekonomian dunia.
Menurut Co-Founder Ternak Uang, Timothy Ronald, di tengah ketidakpastian global, investasi di pasar modal, khususnya saham masih berpotensi menghasilkan keuangan. Dia mengatakan masih ada beberapa sektor yang berpotensi tumbuh meski ada ancaman resesi.
Dia pun memberikan empat tips memilih saham di tengah ancaman resesi dunia.
Baca Juga: Sri Mulyani Jamin APBN Mampu Antisipasi Stagflasi hingga Resesi
1. Batasi portfolio saham
Timothy mengatakan portofolio saham perlu dibatasi agar lebih mudah dikelola. Biasanya, dia mengantongi 1 atau 2 portofolio saham.
"Meski portfolionya sedikit, pilih saham-saham yang profitable dan risiko kerugiannya asimetris atau kecil," kata Timothy dikutip dari keterangan resmi, Minggu (7/8/2022).
Baca Juga: Kilas IHSG Sepekan: Emiten Transportasi Dominasi Saham Top Gainers
2. Menganalisis seluk-beluk saham yang akan dipilih
Editor’s picks
Tips kedua, membedah seluk-beluk saham yang akan dipilih. Dia menyarankan investor menggunakan top to down analysis, yaitu menganalisis dari sektor makronya terlebih dahulu, dimulai dari hulu ke hilir.
"Setelah dipahami, cari relevansi industrinya karena akan memudahkan dalam mencari potensi cuan, misalnya di sektor energi, utamanya batu bara dan minyak. Kenapa pilih emiten dari sektor energi? Karena itu komoditas mahal saat ini, sehingga potensi cuan lebih besar," ucap Timothy.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Terus Membaik, RI Aman dari Ancaman Resesi
3. Beranikan diri berinvestasi di emiten yang baru melantai di bursa
Jika sudah memahami dua tips di atas, selanjutnya investor harus meyakinkan diri untuk berinvestasi. Menurutnya, saham-saham dari perusahaan-perusahaan kecil atau yang baru melantai di bursa juga patut diperhatikan.
Bahkan, menurutnya investor punya potensi keuntungan besar di perusahaan yang baru melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
"Pilih (saham) yang kecil-kecil saja. Selain harganya murah, potensi cuannya lebih banyak kalau perusahaannya membesar," kata dia.
4. Alokasi investasi harus dibatasi dan disesuaikan dengan kekuatan finansial masing-masing investor
Di tengah ketidakpastian perekonomian, Timothy menyarankan bagi investor untuk membatasi alokasi investasi, dan menyesuaikan dengan kekuatan finansial masing-masing. Menurutnya, alokasi terbaik ialah 20-30 persen dari total kekayaan yang dimiliki.
"Selama konflik Rusia dan Ukraina belum mereda, kemungkinan besar inflasi belum bisa terkendali. Jadi, kalau saya sarankan sih 20-30 persen saja," kata Timothy.