[PUISI] Di Kala Mereka Melintas

Hujan pagi buta adalah tikaman belati bagi tubuh mungil itu

Puisi tidak akan lahir
Jika sebelum pena mampu berdansa
Kau sudah jemawa merasa penyair

Pada satu malam yang lebat
Air dan angin bagai pasukan Haman mengejar Musa
Tarik ulur selimutku bagai perisai menahan sabit kedinginan
Tubuh mengentak beranjak kala mendengar
Jeritan jendela diperkosa pasukan angin
Mata ini terpana kala di luar aku melihat jelas
Melintas seorang wanita baya merangkul buah hatinya

Dua tubuh kuyup bergetar itu tidak berhenti berjalan
Nuraniku yang semenjak tadi terkapar seketika beranjak perlahan
Menerka-nerka perihal nasib dua manusia
Dan mencoba mencerna segala makna yang kulihat
Hingga satu jawaban menyeruak dari palung batin paling dalam
Bahwa sebaik itulah Tuhan padaku
Atas segala kenyataan dan kenyamanan hidupku
Lalu gelar sajadah aku rangkai pujian dan kata maaf

Baca Juga: [PUISI] Ada Puisi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Rivai Aay Photo Writer Rivai Aay

Penulis Puisi, Tukang Kopi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya