[PUISI] Merintih Maju

Aku merindumu, aku mensyukurinya

Mari kita menyapa

Masa depan tidak bersahabat, jutek luar biasa

Apabila disapa, tiada balik menyapa

Acuh tiada mau bertemu, pedihnya

 

Aku selalu berada pada masa kini

Sembari berjalan mundur, menatap masa lalu

Tiada rela aku pergi

Sebelum merangkulmu bersamaku

 

Inginku, untukmu, masa laluku

Pergilah bersamaku ke mana pun aku

Aku menggunakan banyak aku

Karena selalu menatap wajah pedih aku ketika merindu kamu

 

Bahagiakah kamu?

Syukurlah jika iya, aku harap begitu

Lisan dan prinsipku, selalu mengikhlaskanmu

Memilah memilih, pergi memiliki, siapapun meski bukan aku

 

Namun tidak dengan jiwa, hati, atau apapun namanya

Aku tiada suka, jika kau bersama lainnya, tertawa

Di satu sisi aku buat kau menunggu

Di satu sisi aku buat aku tidur seperti batu

Memperjuangkanmu

Dan keadaan tiada mendukungku

 

Mengapa begitu menyesakkan jika kau ikut menungguku?

Aku benci, karena tiada bisa, tiada pernah menyentuhmu lagi

Aku hidup bersama rintihan yang bergerak polos menombak luka bekas rindu

Berdarah, memar, aku memikirkanmu yang mungkin semakin membenci

 

Aku di sini, mensyukuri tawamu

Apa kau merasakan pedas ini?

Cerialah, aku jatuh cinta padamu sedalamnya laut biru

Biarkan lelah ini menampar tatap jijik dunia, bisakah aku bersamamu lagi?

 

Selamanya, tiada cemburu, tiada cinta yang mati

Hanya kau menatapku, dan aku menatapmu

Abaikan dunia, mulai bergurau hingga pagi

Merintih maju, melewati setiap indah sesak hubunganku denganmu

 

Tangerang, 13 April 2018

 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Achmad Aditya Avery Photo Writer Achmad Aditya Avery

Aku hanyalah orang yang tertidur dalam puisi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya