[PUISI] Kecupan Espreso

Apakah aku dan dia berbicara secara jelas dan lengkap?

delapan jam yang lalu seorang yang kunanti lama
memutuskan tak jadi datang
ia mengatakan itu meski hanya dalam hati
dan aku mengetahui bagaimana jalan pikirannya
serumit seratus benang di tangan anak kecil.

kami tak pernah bermain ular tangga, atau monopoli,
yang selalu ada dua buah dadu, yang menunjukkan angka
secara acak, secara tak pernah terduga.

dia dan aku bertukar kata lewat cahaya rembulan
yang tiada pernah datang di beberapa malam,
apakah aku dan dia berbicara secara jelas dan lengkap?
ataukah ada beberapa baris kalimat
yang sengaja kami sembunyikan masing-masing?

barangkali cahaya bulan menyimpan setiap kepompong kata
hingga ada yang menjadi kupu-kupu dan ada yang mati
di hadapan kilatan para nasib.

satu jam sebelum aku mencapai pintu kafe ini, aku masih
membaca buku puisi Ariel, karya Sylvia Plath. di kamarku,
di hari minggu yang sepi, tapi puisi-puisi di buku itu semakin ramai.

ada suara kembang api dalam kepalaku, dan itu bisa jadi
perasaan, khayalan, atau harapan yang mendadak pecah.
belum hilang hingga aku duduk di kafe ini dan memesan
secangkir espreso.

secara ajaib tak ada rasa pahit dalam kopi yang kuminum,
tapi aku berharap ada mesin waktu di malam ini,
agar bisa kukecup cangkir itu sekali lagi.

Baca Juga: [PUISI] Sepenggal Awal Baru

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Agung Setya Photo Verified Writer Agung Setya

Reader and Writer.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya