[Puisi] Penantian pada Batas Waktu

Masih menunggumu dalam sunyi

Sudah hampir seribu cangkir kopi tandas menyisa batas
Pahit manisnya tertelan selaras
Kemudian berharap tak lelap meski sekejap
Oleh sebab penantian yang masih saja setia di ujung batas waktu

Lagi dan berkali-kali terulang
Kaki langit yang menjingga ketika mentari berpulang
Cerita terbawa masih saja sama tanpa romantisnya cakrawala di bawah kicauan burung penanti senja
Kecewa. Terluka. Namun tak mengapa
Bukankah esok lembayung senja menyapa lagi? 

Yah
Bahkan hujan Desember kemarin melukis kisah lain yang masih saja serupa
Tentang luka dan penantian pada waktu pun jarak yang semakin tak berbendung

Masih harus berapa lama lagi?
Jika saja kau mulai memahami, tuan 
Ada raga yang ingin mengganti datang silih berganti

Terlalu berat
Masih harus berapa lama lagi?

Baca Juga: [PUISI] Memandangi Polah Langit

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ana Mhi Photo Verified Writer Ana Mhi

Menuang pikiran ke dalam tulisan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya