[PUISI] Keheningan Diri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selamat malam duhai para wayang,
Bergerak tanpa tangan sang dalang
Mematahkan tongkat-tongkat yang sejak dulu menopang
Kau tuang takdir di dalam cangkir penuh cacian, kau sajikan dalam secarik surat yang sekarang kubacakan.
Dari keheningan diri, kudapati sepi menyelinap lembut di antara liang renik
Yang kukira selama ini mengikuti, ternyata sudah mengalir dalam nadi
Sepertengah hidup seperti mati
Berusaha memutuskan jalin dengan sunyi
Selalu merasa terdampar dari rumah yang dinaungi
Rumah, adalah dirinya sendiri.
Sepi bersama gulita malam, sungguh ia bukan pendatang
Sepi hanya menyapa, seseorang yang telah lupa dirinya
Sepi telah ada, lama sejak dirimu masih belia
Sepi tak bersuara, mengapa kau membencinya?
Kadang kau buat tradisi sendiri
Saat ilusi terasa lebih hidup dari realitas
Kau memilih hanyut bersamanya
Suasana yang indah itu ada, memainkan peran tanpa suara
Tanyakan itu pada telinga, ketika sepi meredam gendangnya.
Kau di antara mereka, memutar pengalaman yang tak sepaham
Wayang dari kulit manusia kusam
Pandai mengarang kisah kelam
Menuai perhatian dengan cara membungkam
Ini adalah coretan dari para wayang
Yang selalu bercengkerama dengan keheningan
Menganggap sepi sebagai melodi
Bersenandung sedu saat hati dipijak duniawi.
Baca Juga: [PUISI] Tiada Lagi Jalan Setapak
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.