[PUISI] Centang Dua Biru

Memberi tak harap balasan, kecuali ini

Baterai sudah penuh
Sudah dua teh yang diseduh
Pikirnya, sudah cukup waktu berteduh
Ia usap bekas lipstiknya, bernapas penuh keluh

Hujan sudah mulai reda, ia tak terburu
Pandangannya di luar jendela sana, menunggu
Sudah terlalu lama memendam rindu
Yang ia genggam, membisu

Langit kini sudah seperti hatinya, biru
Ingin katakan kecewa, malu
Tak ingin digampangkan seperti dulu
Tapi takut memulai yang baru

Sudah korbankan semua yang perlu,
Waktunya telah khusus untuk satu
Walau seperti ini, selalu
Berusaha mengerti, terlalu
Berharap terhubung, takut mengganggu

Temannya hanya lagu, atau buku
Sejak kamu hadir saat itu
Ruang bahagianya terbelenggu
Hanya dalam senda guraumu

Suara gawainya baginya merdu
Meski ia tahu belum tentu
Waktu lebih lama di hari Minggu
Kuat, tapi sampai kapan mampu

Bukannya ia pencemburu
Kadang ia ragu
Mempertanyakan artinya bagimu
Cuma centang dua biru

Baca Juga: [PUISI] Si Tanpa Nama

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Bayu Dwityo Wicaksono Photo Verified Writer Bayu Dwityo Wicaksono

A Disney dude who wants to fulfill the purpose of life like Desmond Doss. The story teller in an uncertain gaea. Freelance writer, editor, journo, and creator. Nakama. 🎗🧩

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya