[PUISI] Seorang Laki-Laki dan Sebuah Puisi yang Tak Selesai Dituliskan

Mengingat saja sudah sakit terlebih menuliskannya.

Di sisi meja kayu bulat ada secarik kertas dan segelas teh panas,

terduduk seorang laki-laki yang menanti puisi. Ia putar penanya sembari

sesekali mengetuknya pada meja, tik-tok yang bersaing dengan jam dinding.

 

Semakin lama tak ada titik temu dari kengan-kenangan yang saling

berseteru, sepertinya laki-laki itu telah kalah, padahal jam telah jauh

mencatat malam sedangkan ia tak benar menulis meski hanya sebaris.

 

Pagi tiba membasuh sisa-sisa malam yang lesu dengan embun. Di kaca

jendela dan daun-daun embun perlahan menguap, mentari secara pasti

menghapus gelap. Sedangkan laki-laki itu masih di sana tertidur bersama;

Ceceran kertas, pena, sisa puntung rokok, dan segelas teh dingin yang

tak habis diminum.

 

Tau kah, lelaki itu hanya ingin menuliskan puisi seperti dahulu, untuk

kemudian membacakanya kepada perempuan yang ia kasihi. Tetapi 

kini tak lagi mudah, sebab perempuan itu telah selesai memberikan tenaga

untuk penanya. Kemarin perempuan itu pulang di bawah taburan bungan dan doa-doa.

 

Lampung, 2020

 

 

 

Baca Juga: [PUISI] Bisikan Mesra Puisi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Kappa Poe Photo Writer Kappa Poe

Jangan sungkan follow aja nanti bakal kamu baca lebih banyak puisi || Adalah aku yang terbaca olehmu || Terimakasih :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya