[PUISI] Seorang Laki-Laki dan Sebuah Puisi yang Tak Selesai Dituliskan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di sisi meja kayu bulat ada secarik kertas dan segelas teh panas,
terduduk seorang laki-laki yang menanti puisi. Ia putar penanya sembari
sesekali mengetuknya pada meja, tik-tok yang bersaing dengan jam dinding.
Semakin lama tak ada titik temu dari kengan-kenangan yang saling
berseteru, sepertinya laki-laki itu telah kalah, padahal jam telah jauh
mencatat malam sedangkan ia tak benar menulis meski hanya sebaris.
Pagi tiba membasuh sisa-sisa malam yang lesu dengan embun. Di kaca
jendela dan daun-daun embun perlahan menguap, mentari secara pasti
menghapus gelap. Sedangkan laki-laki itu masih di sana tertidur bersama;
Ceceran kertas, pena, sisa puntung rokok, dan segelas teh dingin yang
tak habis diminum.
Tau kah, lelaki itu hanya ingin menuliskan puisi seperti dahulu, untuk
kemudian membacakanya kepada perempuan yang ia kasihi. Tetapi
kini tak lagi mudah, sebab perempuan itu telah selesai memberikan tenaga
untuk penanya. Kemarin perempuan itu pulang di bawah taburan bungan dan doa-doa.
Lampung, 2020
Baca Juga: [PUISI] Bisikan Mesra Puisi
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.