[PUISI] Rutinitas Malam Hari

Ia sudah mulai terbiasa

Ia sudah biasa menghabiskan malam seperti ini
tidur-tiduran di ranjang yang tidak melahirkan apapun
selain mimpi-mimpi nan jauh
dan kecemasan tanpa akhir

Menyaksikan film-film membosankan,
membaca buku-buku jelek yang terpaksa diselesaikan,
pun menyimak nyanyian yang itu-itu saja lewat earphone yang rusak sebelah

Ditemani gelas-gelas kopi yang mendingin
dan tampilan beranda yang masih bergulir
sampai mata memerah, sampai kantuk tak bisa ditahan-tahan lagi

Ia sudah biasa menghadapi malam seperti ini
menyesali siang yang sia-sia dan tahun-tahun yang lewat
yang tak bisa ditarik
demi memperbaiki setiap detik yang tak mungkin berbalik

Dan jarum jam tak pernah berhenti
ia tak ingin tidur dan bangun dalam kesadaran
bahwa pagi adalah neraka yang mesti dihadapi
dengan kaki dan tangan dan hati yang patah
dan tekad yang lenyap

Ia ingin malam selamanya
membangun rencana-rencana
menciptakan ide-ide
ia tak ingin ke mana-mana
selain berjalan-jalan di pikiran sendiri
sebab pagi lebih menyakitkan dari semua imajinasi

Ia sudah biasa menghabiskan malam seperti ini
tidur-tiduran di ranjang yang tidak melahirkan apa pun
selain mimpi-mimpi nan jauh dan kecemasan yang tanpa akhir

Baca Juga: [PUISI] Dialog Malam

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ekos Saputra Photo Verified Writer Ekos Saputra

gemar membaca dan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya