[PUISI] Teh Hangat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Barangkali teh hangat yang setiap pagi kita cecap
telah begitu terlarang hingga tak lagi ada
tumpahan kegelisahan yang bisa saling kita ungkap
dan sengaja dibiarkan menguap pada petak-petak
udara yang jatuh di genting rumah tetangga
dan selalu saja gagal kita tafsirkan
Hanya sisa merah kecokelatan mulai mengerak
tertinggal pada tepi lingkar dasar gelas
menjadi retak-retak ingatan yang tak juga
berhasil kita singkirkan
Aku rindu mencecap teh hangatmu
di bawah teduh bulu mata bersilangan
menangkapi petunjuk-petunjuk pada peta perjalanan
yang akhirnya menelantarkan kita di persimpangan
dan tak menemu tujuan
tulismu dalam sajak koran minggu langgananku
Baca Juga: [PUISI] Kutulis Puisi Untukmu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.