[PUISI] Sepatah Nelangsa

Di akhir kisah tak pernah ada sambutan

Bila sejenak rindu tak mengenal rumah
Diri pun menyusuri kilatan nelangsa
Terjebak jalan tak berujung
Membawa setitik goretan pena masa lalu

Satu-satunya batu yang diharapkan bernapas
Tapi di sekelilingnya tak lain buliran tembaga
Membandingkan siapa yang jadikan dambaan
Di balik tembok yang masih terkunci rapat

Helaan keringat yang membaui dimensi
Berpeluh dinginkan para kepala batu
Sisakan doa yang terapal dalam dendam
Membiasakan kunjungan pengangkat derajat

Boleh saja mengirikan pesendok emas
Kecil harapan menjadikan mereka rumah
Dengan tangga berisi penuh jabatan
Melanggengkan putaran kehidupan tak berpihak

Dulu mengharap mendaki tebing penuh nama
Tak peduli cicitan dari bawahnya tangga
Namun dewasa jauh dari lengkungan
Di akhir kisah tak pernah ada sambutan

Baca Juga: [PUISI] Hampir Berubah

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Emma Kaes Photo Verified Writer Emma Kaes

Welcome to my alter ego

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya