[PUISI] Diksi untuk Melati
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kuletakan payung biru tuaku
Kuhitung jejak angkahmu yang tersisa
Hujan menguyur topi usangku
Melambai-lambai mengiringi kepergianmu
Sabtu berjalan lambat
Tangan-tangan jam mengetuk mataku rapat-rapat
Jikalau kutanya: mengapa?
Kau hanya diam, mendadak jantungku terasa hampa
Telingaku mati tuli, hanya mendengar rintik hujan yang jatuh pada bumi
Bahkan, suaramu tak bisa lagi ku kenali
Kutanya kan kali ini: mengapa mencoba kembali?
Tahun-tahun kelam, sudah ku lewati dengan pelan
Dari arah mana kau ingin datang?
Yogyakarta sudah petang, kembalilah lagi ke Malang!
Hei, bukankah sudah kubilang!
Aku adalah luka, meskipun menjadi batang
Engkau tidak akan kubiarkan pulang!
Melati, diksiku sudah mati
Aku dulu mungkin menangis
Rasanya, ingin ku telusuri dunia ini
Hanya untuk, bertemu dengan-mu lagi
Tapi, itu dulu
Sekarang kita bukan apa-apa lagi!
Klaten 03 Januari 2020
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.