[PUISI] Ranah Nestapa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sirine mobil berbunyi, namun di telingaku tak lagi terdengar
Diam-diam kau bersembunyi, tak ingin tampakkan diri
Kemarilah kan kuceritakan padamu
Tentang rindu yang di balut pilu
Tidak-kah kau lihat
Wanita di Ujung restoran itu.
Melemparkan caci dan maki, kemudian pergi
Sedangkan sang pria, hanya menatap membungkam diri
Di sana lagi!
Di sela-sela hiruk pikuk nestapa
Kau bertanya : mengapa masih terus berjuang?
Aku menjawab : pria tidak peduli, kau akan pergi atau mati!
Pulanglah, untuk apa di sini
Menunggu bukan berarti harus selalu
Ada masanya kau harus sadarkan diri
Bukan cinta namanya jika terus mengali pilu
Bangkitlah! Mengapa terus mengulik nestapa
Ada kalanya, masa lalu juga harus dilupa
Sebagian untuk pelajaran, bahwa hidup tidak selalu bahagia
Dan sisanya, mengajarkan bahwa cinta itu jemawa
Tonggak nestapa yang meniadakan yang ada
Baca Juga: [Puisi] Kecupan Espreso
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.