[PUISI] Hampa Paling Pekat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Aroma tanah basah, suara gagak dan kembang kenanga, begitu sempurna cara dunia mengoyakku
Aku menyaksikan dengan kantung mata yang nyaris meledak, tumpukan tanah basah perlahan menelanmu
Hilang pula untukku cinta paling tulus
Terhenti pula untukku rapalan doa paling panjang
Hari-hari berlalu begitu datar ...
Jantungku berdetak dengan ritme yang nyaris redup
darahku hampir kehilangan desirnya
hanya ada hening serupa hamparan danau dan sesak tenggelam di palung terdalamnya
Saat aku mencari sisa aromamu dalam tumpukan baju,
Yang kudapati hanya hampa paling pekat
Baca Juga: [PUISI] Rahasia Rindu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.