[PUISI] Merinai Lalu Pergi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Angin riuh menelisik gaungkan elegi-elegi rindu
Rindu? Iya, benar aku merindukanmu
Kau tak akan percaya frekuensi merindumu teramat sering
Bahkan saat kita telah menjadi dua orang asing
**
Hadirmu bak hujan yang tiba-tiba saja merinai
Tak kuminta, bahkan sering kali kumaki
Persis dirimu, datang menguyupkanku dengan rindu
Lalu pergi tanpa ada niat mengeringkan
**
Hei, aku merindukanmu
Yang mengering hanya air di pulupuk mata
Yang sembuh hanya hatiku yang dulu luka
Rindu ini, masih basah kuyup untukmu
**
Hari ini gemawan hitam kembali mengatapi langitku
Air-air mulai berjatuhan ke bumi
Dan, segala perihal kita mulai berjatuhan di kepalaku
Apa gerangan yang terjadi dengan gemawan di tempatmu?
**
Apakabar dengan rinai hujan yang dulu kita nikmati berdua?
Gigil yang tiba-tiba menjelma menjadi hangat
Pekat yang tiba-tiba memerah serupa pipimu kala merona
Dunia yang tiba-tiba kosong, meninggalkan kita, hanya kita berdua
**
Dengan siapa kau menikmati rinai hujan semenjak kita berakhir?
Ah, sakit benar rasanya membayangkan bukan lagi aku yang memelukmu kala dingin
**
Aku, kini menikmati rinai hujan bertiga
Bersama senyap, sendu dan utopia perihal kamu
Baca Juga: [CERPEN] Bahagia Berbalut Luka
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.