[PUISI] Merinai Lalu Pergi

Persamaan hujan denganmu

Angin riuh menelisik gaungkan elegi-elegi rindu
Rindu? Iya, benar aku merindukanmu
Kau tak akan percaya frekuensi merindumu teramat sering
Bahkan saat kita telah menjadi dua orang asing

**

Hadirmu bak hujan yang tiba-tiba saja merinai
Tak kuminta, bahkan sering kali kumaki
Persis dirimu, datang menguyupkanku dengan rindu
Lalu pergi tanpa ada niat mengeringkan

**

Hei, aku merindukanmu
Yang mengering hanya air di pulupuk mata
Yang sembuh hanya hatiku yang dulu luka
Rindu ini, masih basah kuyup untukmu

**

Hari ini gemawan hitam kembali mengatapi langitku
Air-air mulai berjatuhan ke bumi
Dan, segala perihal kita mulai berjatuhan di kepalaku
Apa gerangan yang terjadi dengan gemawan di tempatmu?

**

Apakabar dengan rinai hujan yang dulu kita nikmati berdua?
Gigil yang tiba-tiba menjelma menjadi hangat
Pekat yang tiba-tiba memerah serupa pipimu kala merona
Dunia yang tiba-tiba kosong, meninggalkan kita, hanya kita berdua

**

Dengan siapa kau menikmati rinai hujan semenjak kita berakhir?
Ah, sakit benar rasanya membayangkan bukan lagi aku yang memelukmu kala dingin

**

Aku, kini menikmati rinai hujan bertiga
Bersama senyap, sendu dan utopia perihal kamu

 

Baca Juga: [CERPEN] Bahagia Berbalut Luka

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Fatimah Ridwan Photo Verified Writer Fatimah Ridwan

75% Introvert

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya