[PUISI] Perihal Kita yang Keras Kepala
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Derap langkah-langkah menyerbu
Bergema terdengar kaki beribu-ribu
Mengoyak jeruji tegarku
Memporakporandakan ruangku yang susah payah kurapikan seorang diri
Aku dipaksa berjalan ditengah sakitku yang belum seutuhnya sembuh
Dipaksa berbahagia meski dengan keadaan rusak parah
Menyeduh air yang berkecipak di kelopak mataku
Aku adalah pemilik raga yang tak merdeka, yang mereka tentukan bahagianya
Aku ingin tersedu di hadapanmu kini
Mengadu bahwa ada yang memaksa menjadi penghuni rumahmu
Aku ingin terisak di benaman dadamu
Mengaku bahwa hanya kau yang mampu mengeja hatiku
Aku ingin kau genggam dengan erat detik itu sebelum jatuh
imbangi kakiku berlari kencang sebelum peluknya menyanderaku
berteriak lantang bahwa aku milikmu
mendekapku dalam getar tubuhmu yang tak ingin kehilanganku
Kau menemukanku saat aku tak lagi utuh
Terlalu banyak luka lebam yang harus kubagi
Meski kutahu kau tak pernah terpaksa untuk mencicipi
Tetap saja aku tak pernah merasa pantas untuk kau sebut kekasih
Aku terjerembab tak berharga
Saat kau pergi setelah kutitipkan hati
Aku mengakhiri hidupku sebelum mati
Pernahkah kau peduli? Ada yang hancur di detik pertama kau langkahkan kaki
Tahukah engkau?
Matamu masih berbinar saat retinanya menangkap bayangku
Meski banyak kepalsuan perihal angkuh yang kau pamerkan
Kau juga hancur namun kau bungkam ketegaran
Aku keras kepala memperjuangkan kita
Kebahagiaan kita
Kau keras kepala memperjuangkan aku
Kebahagiaanku, tanpamu
Baca Juga: [PUISI] Perjanjian Rindu
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.