[PUISI] Perihal Kita yang Keras Kepala

Apa iya kau juga memperjuangkan kita?

Derap langkah-langkah menyerbu
Bergema terdengar kaki beribu-ribu
Mengoyak jeruji tegarku
Memporakporandakan ruangku yang susah payah kurapikan seorang diri

Aku dipaksa berjalan ditengah sakitku yang belum seutuhnya sembuh
Dipaksa berbahagia meski dengan keadaan rusak parah
Menyeduh air yang berkecipak di kelopak mataku
Aku adalah pemilik raga yang tak merdeka, yang mereka tentukan bahagianya

Aku ingin tersedu di hadapanmu kini
Mengadu bahwa ada yang memaksa menjadi penghuni rumahmu
Aku ingin terisak di benaman dadamu
Mengaku bahwa hanya kau yang mampu mengeja hatiku

Aku ingin kau genggam dengan erat detik itu sebelum jatuh
imbangi kakiku berlari kencang sebelum peluknya menyanderaku
berteriak lantang bahwa aku milikmu
mendekapku dalam getar tubuhmu yang tak ingin kehilanganku

Kau menemukanku saat aku tak lagi utuh
Terlalu banyak luka lebam yang harus kubagi
Meski kutahu kau tak pernah terpaksa untuk mencicipi
Tetap saja aku tak pernah merasa pantas untuk kau sebut kekasih

Aku terjerembab tak berharga
Saat kau pergi setelah kutitipkan hati
Aku mengakhiri hidupku sebelum mati
Pernahkah kau peduli? Ada yang hancur di detik pertama kau langkahkan kaki

Tahukah engkau?
Matamu masih berbinar saat retinanya menangkap bayangku
Meski banyak kepalsuan perihal angkuh yang kau pamerkan
Kau juga hancur namun kau bungkam ketegaran

Aku keras kepala memperjuangkan kita
Kebahagiaan kita
Kau keras kepala memperjuangkan aku
Kebahagiaanku, tanpamu

Baca Juga: [PUISI] Perjanjian Rindu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Fatimah Ridwan Photo Verified Writer Fatimah Ridwan

75% Introvert

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya