[PUISI] Bising

Semesta sungguh bising sekali

Sebuah lonceng berdentang
Berirama tidak beraturan
Persis seperti suara detak jantungku
Ketika kulihat siluetmu di kala matahari berada di atas kepala

Masihkah kau ingat, Tuan?
Kala purnama di bulan ke sepuluh datang?
Kita bernyanyi di padang nan luas
Memetik senar ukulele, menyanyi lagu keresahan

Aku mendengar riuh mereka yang berbicara tentang hilang
Aku tertawa penuh kerenyahan
Bagai orang-orang sok tahu yang  kemudian tersesat
Terhempas di setiap hitungan nafas

Baru kusadari tawa itu mempermainkanku
Ia berubah menjadi meja berkaki tiga
Yang tidak bisa tegak sempurna
Tanpa kamu sebagai tungkai keempat

Padang rembulan nan luas
Tempat sebuah sepi menjajakan canda
Tempat bagi mereka yang percaya tentang akhir yang menjadi awal
Rumah bagi isakan yang merindu air mata

Senar ukulele telah putus
Ia berganti dengan bunyi lonceng
Yang berdentang tiada henti
Bergema di hati yang sedang kehilangan

Setiap purnama datang
Semesta ini menjadi bising sekali, Tuan..
Bising sekali.

Bekasi, 20 Oktober 2018

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Gemala Ranty Photo Writer Gemala Ranty

Masih tersesat diantara aksara

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya