[PUISI] Cinta dan Gengsi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Untukmu yang sudah tidak sabar, bertumbuh:
Baiklah, jika kau rasa (cinta) ini telah membuatmu lumpuh, maka pergilah
Walau ku hantarkan kepergianmu dengan air mata batin yang terus jatuh
Rasa (cinta) dalam diam memang sulit untuk dipertahankan
Apalagi dijadikan harapan masa depan
Komunikasi melalui suara juga memang tak pernah ada
Karena kita berdua sama, gengsian!
Gengsian untuk saling menyapa dan mengawali berkenalan, duluan
Rasa (cinta) ini hanya dapat kita rasa dari tatapan dan bahasa tubuh yang penuh makna dan pengertian
Tapi apa boleh buat, kita sama, tidak memiliki keberanian
Ya sudahlah, jika akhirnya aku yang juga pengecut ini hanya berani menengokmu lewat status sosial media
Dan akhirnya kutemui, statusmu yang mengisyaratkan bahwa kau sudah berubah haluan
Kau sudah menyerah untuk mengartikan bahasa rasa (cinta) yang sering kuberikan
Bukan semua salahmu, tetapi juga salahku, karena gengsiku juga tinggi
Status sosial seolah selalu menjadi acuan
Untuk aku yang sepertinya terlahir dengan pemikiran penuh kesempurnaan
Jujur, kau masih kurang seperti angan
Namun baktimu pada ibu dan tatap teduhmu padaku sempat membuatku menaruh harapan
Kau adalah masa depan
Kau adalah rasa (cinta) yang ingin kuabadikan
Tapi saat ini,
Pergilah...
Jika kau memang sudah tak tahan
Ingin segera bersanding di pelaminan
Aku disini masih ingin berjuang pada jalanku mengejar impian
Bukan karena sudah tak ada rasa
Namun egoku berkuasa
Hingga aku lebih mengangungkan cita daripada cinta
Maaf,
Kalau aku seolah memberimu harap semu
Tetapi tatapmu dan baktimu pada ibu memang menyentuh hatiku
Doaku untukmu
Semoga berbahagia selalu dan salam untuk ibumu yang ternyata sudah pergi ke nirwana lebih dulu
Baca Juga: [PUISI] Terjebak Hampa
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.