[PUISI] Ilalang dan Anggrek

Bergetar rasa iri, kenapa anggrek dibiarkan

Berbisik-bisik ilalang siang itu
Menatap baling-baling tajam yang berputar, "Sepertinya ini akhir untukku."
Di tampaknya satu per satu temannya berguguran, terpotong-potong jatuh terkapar
Yang sebelumnya terlihat begitu tinggi kini tak ada arti, sama rata di atas tanah begitu rendah di mata langit.

Ditolehnya bunga anggrek di seberang jalan
Bergetar rasa iri, "Kenapa anggrek dibiarkan?"
Padahal sama-sama tumbuhan
Suara baling-baling itu semakin dekat, ajal sudah semakin pekat dihirupnya.

Terpotong sudah ilalang, terpisah dari akar
Tipis-tipis disisakannya kesadaran di ujung mata
Iri itu pupus, ternyata di seberang anggrek pun disapa ajal
Siang itu di mata baling-baling semua sama, tinggi dan rendah, buruk atau elok.

Baca Juga: [PUISI] Kendali

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Yar Agoestian Photo Writer Yar Agoestian

Just an ordinary man. Poetaddict!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya