[PROSA] Jendela Ingatan

Behentilah mencariku dalam jendela ingatanmu

Sebentar lagi September akan datang. Bulan yang paling kubenci itu akan segera tiba dan aku harus melaluinya. Entah sudah Semptember ke berapa, aku sudah tidak menghitungnya lagi.

Mungkin, jika Tuhan mengizinkanku bisa melalui satu tahun tanpa melewati September, aku akan menghapusnya dari kalender. Aku tahu tidak adil untuk melampiaskan semua kebenciannku pada September.

Aku tahu betul siapa yang seharusnya aku benci. Aku sangat menyadarinya. Hingga hari ini pun aku masih sibuk membencimu dan diriku yang masih menempatkanmu dalam jendela ingatanku.

Aku hanya bisa menyapamu saat gelap datang. Malam selalu menjadi saksi saat aku membuka semua jendela ingatanku, memperlihatkan semua kenangan yang kututup rapat ketika matahari masih menjunjung tinggi.

Aku selau menyapamu dalam gelap, sesekali menangisi rindu yang tak pernah terlihat. Aku hanya kegelapan yang bisa membuatku menyapamu. 

Biasanya ini hanya akan menjadi percakapan antara hati dan pikiran yang kerap berdebat dalam ingatan yang membuat isi kepalaku berisik, tapi, hari ini aku menuliskannya untukmu. 

"Selamat malam masa lalu. Aku masih merindukanmu dan mungkin akan terus merindukanmu, jika itu yang ingin kamu tahu.

Rindu itu akan datang setiap kali kamu membuka jendela ingatan tentang kita. Tapi, hanya sebatas itu, aku tidak menginginkan lebih. Ini hanya akan menjadi lagu rindu yang tak akan pernah kamu dengar.

Aku tidak melupakanmu dan akan terus mengingatmu, jika itu yang ingin kamu tahu.

Ingatan itu akan tetap ada setiap kali kamu membuka jendela ingatan tentang kita. Ini akan terus menjadi kenangan.

 Bagaimana aku bisa melupakanmu jika kamu bagian dari ceritaku? Kisah hidupku tidak akan pernah utuh jika aku menghapusmu.

Aku memang sudah nemulai hidup baru tanpa melibatkan kamu dalam hidupku, tapi, bukan berarti aku telah berhasil melenyapkan kenangan tentang kita. Semua itu masih ada, hanya saja harapannya sudah berbeda.

Malamku akan selalu menjadi saksi ingatan-ingatan yang berbisik dengan berisik dalam sunyi.

Jika bintang punya telinga, mungkin dia akan mendengar aku menaikkan rindu dalam doaku dan namamu masih tersebut di sana.

Berjanjilah, jika tulisan ini terbaca olehmu, berentilah mencariku dalam jendela ingatanmu. Aku sudah menjawabnya dalam kata-kata yang tidak pernah terdengar oleh telingamu. 

Regrads, 
Aku yang selalu membenci September karena kamu"

Baca Juga: [PROSA] Membongkar Segenap Emosi yang Dikebumikan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Caroline Sambuaga Photo Verified Writer Caroline Sambuaga

I am a creative director of my dream(s) Twitter & Instagram : @che_sam Wattpad : @chesamstory Blog : www.chesamstory.wordpress.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya