[PUISI] Merumuskan Kehilangan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cerita senja mengajarkan pada hati, bahwa ada akhir yang melukiskan keindahan dalam pamitnya melalui jingga. ~
Jika aku bilang perpisahan tak menghadirkan luka,
Maka semua akan meneriakiku dengan dusta
Jika aku bilang perpisahan tak melukiskan kecewa,
Maka sudah jelas itu sandiwara
Jejak kecewalah yang mengantarkan hati pada luka
Lalu menemukan pintu untuk pergi
Entah dengan pamit atau beranjak pergi begitu saja tanpa suara
Lalu mengapa aku tetap ada?
Kenapa air mata tak terlihat di pelupuk?
Dimanakah letak lukaku?
Aku merumuskan perpisahan, sebagai kemungkinan yang selalu bisa terjadi
Aku sudah menyiapkan hati
Kala cinta memutuskan untuk jatuh
Maka aku sudah meyiapkan ruang untuk kecewa
Tak masalah jika harus berpisah
Tak apa harus menaggung luka
Tak masalah amarah membara
Selama aku masih punya air mata untuk memadamkannya
Aku menyadari cinta buka tuntutan, tapi cinta tentang memberi
Terkadang kita perlu untuk merasakan jatuh agar tau caranya untuk bangkit
Dipatahkan, dikalahkan, direndahkan hingga pada titik terendah, dibiarkan hancur sehancur-hancurnya
Membiarkan kesedihan menjadi temanmu, itu tak akan jadi masalah jika kamu bisa merumuskan kesedihanmu
Kadang kita harus merasakan kesedihan lebih dulu, untuk menghargai bahagia di kemudian hari kelak
Bekasi, 08 Mei 2018
Baca Juga: [PUISI] Hibernasi Dewi
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.