[PUISI] Karena Hati Wanita Bukan Papan Judi

Duhai penerus Adam, wanita adalah mahkotamu

Karena hati wanita bukan papan main judi
Kau lempar dadu dengan harap untung.
Kau tertawa puas saat dadu terlempar sesuai taruhanmu.

Lalu kau pindah ke lain papan
Dan memulai kocokan dadumu

Begitu sampai kau merasa puas


Jika buntung, kau pukul dengan keras
Dan kau keluarkan sumpah serapah.

Hati wanita bukan untuk ajangmu mencari untung.

 

Kini aku paham perbedaan antara membunuh cinta dengan menjaga cinta.

Semua orang memiliki hati untuk dihias oleh rasa yg di sebut cinta.

Banyak cinta yang sudah ku biarkan singgah dihati.
Namun tak ada yg sejati.

Memilih menghilangkan dadu di antara kita,
Bukanlah membunuh cinta yang ada.
Melainkan proses memastikan cinta sejati.

Cinta akan tetap menjadi cinta.
Meski jarak memisah.
Meski waktu menghilang
Meski tanpa kata.

Tanpa waktu, tanpa jeda.
Cinta akan tetap berdetak.

Namun jika bukan cinta sejati,
Ia akan lelah, dan berhenti.

Jika bukan cinta sejati,
Lalu mengapa kita membuang waktu?
Lemparan dadu tak memjamin untung.

Di sini aku menunggu cinta sejatiku.
Untuk menjadikan aku kekasih berkahnya.
Dan kujadikan ia kekasih sejatiku.

Baca Juga: [PUISI] Genangan Rindu

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Ika Ayu Rohmatika Photo Writer Ika Ayu Rohmatika

Hanya ingin bercerita lewat aroma. Berbagi kata, bisa makna bisa hampa. Bukan penyair, hanya penikmat kopi.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya