[PROSA] Saat Laut Tertidur

Di masa itu, biarlah semua kesakitan itu luruh

Kala itu langit menampakkan gelapnya yang menawan bersama ribuan cahaya yang bagai berkelindan. Di bawah langit-langit kamar, sesosok perempuan menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutupi sebagian wajahnya yang berseri.

Semilir angin yang damai cukup membuatnya mengerti bahwa kini malam telah tiba membawa ketenteramannya. Maka, sosok perempuan itu tersenyum kecil di balik selimutnya, mengarifi kebahagiaan di antara bayang-bayang rasa takut, rasa kecewa, dan rasa sakit yang tak mampu dihindari dalam melewati hari.

Namun, sekarang biarlah semua itu luruh. Harap sosok perempuan itu. Biarlah waktu ini, ia bebas bercengkerama dengan kenangan indah dan pikiran baiknya sendiri. Tanpa perasaan buruk apapun yang mengganggu dan terus mengusik berisik.

Ia ingin memaknai harinya dengan pemaknaan yang luar biasa dan berarti. Dan itulah yang dilakukannya tiap malam. Mencoba menerima, mengikhlaskan, dan menakwilkan dengan bijak apa-apa yang telah dilaluinya. Sebab, kala malam hadir membawa kedamaian, saat itulah ia mengetahui bahwa laut tengah tertidur dan membawa ketenangan di bumi bagi siapa-siapa yang memafhumi.

Baca Juga: [PROSA] Membongkar Segenap Emosi yang Dikebumikan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya